menu 1

Thursday, 23 May 2013

Sejarah Kab. Grobogan


Kabupaten Grobogan, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Purwodadi. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Blora di timur; Kabupaten Ngawi (Jawa Timur), Kabupaten Sragen, dan Kabupaten Boyolali di selatan; Kabupaten Semarang di barat; serta Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus, dan Kabupaten Pati di utara.

b

Berdasarkan perjalanan sejarahnya, Kabupaten Grobogan atau Daerah Grobogan sudah dikenal sejak masa kerajaan Mataram Hindu. Daerah ini menjadi pusat Kerajaan Mataram dengan ibu kotanya di Medhang Kamulan atau Sumedang Purwocarito atau Purwodadi. Pusat kerajaan itu kemudian berpindah ke sekitar kota Prambanan dengan sebutan Medang i Bhumi Mataram atau Medang Mat i Watu atau Medang i Poh Pitu atau Medang ri Mamratipura.

Pada masa kerajaan Medang dan Kahuripan, daerah Grobogan merupakan daerah yang penting bagi negara tersebut. Sedang pada masa Mojopahit, Demak, dan Pajang, daerah Grobogan selalu dikaitkan dengan cerita rakyat Ki Ageng Sela, Ki Ageng Tarub, Bondan Kejawan dan cerita Aji Saka.

Pada masa kerajaan Mataram Islam, daerah Grobogan termasuk Daerah Monconegoro dan pernah menjadi wilayah koordinatif Bupati Nayoko Ponorogo : Adipati Surodiningrat. Dalam masa Perang Prangwadanan dan Perang Mangkubumen, daerah Grobogan merupakan daerah basis kekuatan Pangeran Prangwedana (RM Said) dan Pangeran mangkubumi.

Wilayah Grobogan meliputi daerah Sukowati sebelah Utara Bengawan Solo, Warung, Sela, Kuwu, Teras Karas, Cengkal Sewu, bahkan sampai ke Kedu bagian utara (Schrieke, II, 1957 : 76 : 91 ). Daerah Sukowati ini kemudian sebagian masuk wilayah kabupaten Dati II Sragen antara lain : Bumi Kejawen, Sukowati, Sukodono, Glagah, Tlawah, Pinggir, Jekawal, dan lain-lain. Daerah yang masuk wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali antara lain lain : Repaking, Ngleses, Gubug, Kedungjati selatan, Kemusu, dan lain-lain.

Sedang daerah Grobogan yang kemudian termasuk wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Grobogan antara lain : Purwodadi, Grobogan, Kuwu, sela, Teras Karas, Medang Kamulan, Warung (Wirosari), Wirasaba (Saba), Tarub, Getas, dan lain-lain.

Dalam pekembangan sejarah selanjutnya, atas ketentuan Perjanjian Giyanti (1755), sebagai wilayah Mancanegara, Grobogan termasuk wilayah Kasultanan bersama-sama dengan Madiun, separuh Pacitan, Magetan, Caruban, Jipang (Bojanegara), Teras Karas (Ngawen), Sela, Warung (Kuwu-Wirosari) (Sukanto, 1958 : 5-6).

Dalam perjanjian antara GG Daendels dengan PAA Amangkunegara di Yogyakarta, tertanggal Yogyakarta, 10 Januari 1811, ditetapkan, bahwa uang-uang pantai yang harus dibayar oleh Guperman Belanda di hapus. Kedua, kepada Guperman Belanda di serahkan sebagian dari Kedu (daerah Grobogan), beberapa daerah di Semarang, Demak, Jepara, Salatiga, distrik-distrik Grobogan, Wirosari, Sesela, Warung, daerah-daerah Jipang,dan Japan. Ketiga, kepada Yogyakarta diberikan daerah-daerah sekitar Boyolali, daerah Galo (?), dan distrik Cauer Wetan

Pada masa Perang Diponegoro, daerah Grobogan, Purwodadi, Wirosari, Mangor (?), Demak, Kudus, tenggelam dalam api peperangan melawan Belanda

Begitulah Kabupaten Grobogan, daerah yang selalu bergolak di sepanjang sejarahnya untuk menunjukkan identitasnya sebagai daerah yang penuh daya dan semangat untuk hidup bebas merdeka. Bahkan sampai masa pergerakan Nasional dan masa kemerdekaan dan sesudahnya, rakyat Kabupaten Grobogan sangat besar andilnya dalam merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan bangsa dan negara Republik Indonesia.

Kabupaten Grobogan di Awal Sejarah

Berdasarkan isi dan pola penyajian, yang bersumber pada Serat Sindula atau serat Babad Pajajaran Kuda Laleyan dan Serat Witoradyo, cerita Aji Saka merupakan cerita legendaris, dimana di sana dimunculkan kepahlawanan seorang tokoh dalam lingkup Budaya Jawa

Di lain pihak cerita Aji Saka di daerah Kabupaten Grobogan juga merupakan cerita Mitologis, yaitu cerita yang bersangkut paut dengan kepercayaan asli masyarakat. Oleh karena itulah maka cerita dalam penyajiannya, cerita Aji Saka diciptakan dalam bentuk cerita "lambang" bagi penetrasi budaya Hindu di Jawa.
Di sini cerita Aji Saka dapat dikelompokkan sebagai cerita yang mengandung unsur-unsur mesianis, yaitu karya penyelamatan umat manusia dari kehancuran. Aji saka sebagai Masias menghancurkan penguasa kejam

Nyai Randa wicanten dhateng Aji Saka, "Negara kene wis misuwur yen ana Brahmana sekti mandraguna, bagus isih enom, limpad ing ngelmu panitisan, pingangkane saka Sabrang anga jawa". Aji Saka gumujeng amangsuli, "Dora ingkang awartos puniko, angindhakaken ing kayektosanipun. Wondene ingkang kawartos puniko inggih kula".

Jangaran jaman Kala Dwapara ... Prabu Sindula, Galuh turun kapindho, jejuluk Sri Dewata Cengkar, angedhaton ing Mendhang Kamulan. Iku Ratu luwih niyaya, mangsa padha manungsa. Tan antara lama kasirnakake prajurit saka tanah Ngarab jejuluk Empu Aji Saka ... Karsaning Pangeran Sang Aji Saka jumeneng Nata ing Sumedhang Purwacarita, jejuluk Sri Maha Prabu Lobang Widayaka.

Lha ing kono tanah Jawa banjur ana kang jumeneng nata kang karen mangan daging manungso, yaitu Ratu Dewata Cengkar, nata ing Medhang Kamulan. Ora lawas banjur ketekan sawijining Brahmana saka ing tanah Ngarab, juluk Aji Saka. Brahmana sekti mandraguna kang bisa ngasorake Prabu Dewata Cengkar
Diceritakan, bahwa di tanah Lampung berdiri sebuah kerajaan dengan rajanya Prabu Isaka berasal dari tanah Hindu. Sang Prabu Isaka turun takhta dan digantikan oleh Patihnya bernama Patih Balawan. Kemudian dengan empat orang pengiringnya, Sang Isaka yang telah menjadi seorang Brahmana pergi ke tanah Jawa dan tiba di Ujung Kulon (Kulon ?). Di situ mendirikan perguruan dan dia sebagai gurunya dengan gelar Sang Mudhik Bathara Tupangku. Muridnya bertambah banyak. Di dalam perguruan itu diajarkan ilmu kesusastraan, ilmu penitisan (inkarnasi), dan ilmu keagamaan. Beberapa lama di Ujung Kulon, dia pergi ke Galuh dan kemudian terus mengembara ke tanah timur. Sampailah di negara Medhang Kamulan yang rajanya bernama Prabu Dewata Cengkar.
Dari kutipan di atas, kita ketahui bahwa Aji Saka adalah seorang raja yang kemudian meninggalkan takhta kerajaannya dan menjadi seorang Brahmana. Berarti dia adalah penganut agama Hindu. Sebab sebutan untuk Brahmana. Berarti dia adalah penganut agama Hindu. Sebab sebutan untuk Brahmana agama Budha adalah bhiksu. Tetapi dari data historis tokoh Aji Saka tidak pernah ada (hidup). Dengan demikian tokoh ini merupakan tokoh bayangan. Dia diadakan untuk menunjukkan adanya pengaruh Hinduisme dalam masyarakat Jawa. Kebetulan pada waktu itu keadaan masyarakat Mendhang Kamulan sedang resah. Kesempatan ini digunakan oleh Aji Saka (baca umat Hindu) untuk menyebarkan agama Hindu di masyarakat Mendhang Kamulan. Hal ini dikiaskan dalam lambang "desthar" (ikat kepala). Tradisi Jawa menggunakan ikat kepala. Sedang kepala adalah tempat otak, pikir, nalar. Di otak itulah tersimpan segala macam ilmu pengetahuan manusia. Ikat kepala tadi ketika ditebarkan (di jereng) dapat menutupi seluruh Wilayah Mendhang Kamulan. Di sinilah pengikut Prabu Dewata Cengkar harus mengakui kekalahan berebut pengaruh, dan harus menyingkir dari negeri Medhang (dikiaskan dengan menyeburkan diri ke laut menjadi seekor buaya putih).
Ketika Aji Saka menjadi raja, ditandai dengan sengkalan "nir wuk tanpa jalu" yang menunjukkan angka tahun 1000 Saka atau 1078 Masehi. Tahun Saka diciptakan berdasarkan peringatan penobatan Prabu Kanishka di India pada tahun 79 M = 1 Saka. Tahun Saka mengikuti peredaran Matahari. Di Jawa terdapat tradisi penggunaan sengkalan tersebut. Apabila menggunakan perhitungan tahun Matahari, disebut Surya Sengkala, dan bila menggunakan perhitungan peredaran Bulan di sebut Candra Sangkala. Lahirnya Candra Sangkala adalah sejak masa Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1645) menciptakan Tahun Jawa dengan perhitungan peredaran Bulan (sejak 1555 Saka atau tahun 1633 Masehi).

Sengkalan adalah perhitungan tahun yang diujudkan dalam bentuk rangkaian kata menjadi kalimat atau berupa gambar yang menunjukkan angka tahun. Kalimat itu harus menggambarkan keadaan pada waktu tahun itu. Tujuan untuk memperingati suatu peristiwa penting dalam kehidupan manusia dalam masyarakat dan bernegara.

Sengkalan dalam bentuk kalimat disebut Sengkalan Lamba, sedang sengkalan yang diujudkan dalam bentuk gambar atau benda, disebut Sengkalan Memet. Tiap kata dalam kalimat atau gambar diberi nilai yang berbeda-beda antara 0 (nol) sampai angka 9 (sembilan) dengan mengingat akan adanya guru dasanama, guru karya, guru jarwa, dan sebagainya.

Beberapa contoh Sengkalan Lamba antara lain :

Srutti Indriya Rasa : termuat dalam prasasti Canggal atau prasasti Gunung Wukir dari Rakai Sang Ratu Sanjaya. Berangka tahun 654 Saka atau 732 Masehi, merupakan Sengkalan tertua yang pernah kita temukan.

Nayana Wayu Rasa : termuat dalam prasasti Dinaya dari raja Gajayana di "Candi Badut" dekat Malang. Sengkalan itu berangka 682 Saka atau 760 Masehi.

Nir Wuk Tanpa Jalu : termuat dalam Serat Kanda, berangka tahun 1000 Saka atau 1078 Masehi. Merupakan tahun penobatan Aji Saka jadi raja di Medhang Kamulan dengan gelarnya Prabu Jaka atau Empu Lobang Widayaka.

Sirna Hilang Kertaning Bumi : termuat di dalam Serat Kanda, berangka Tahun 1400 Saka ? Tahun 1478 Masehi. Sebagai pertanda keruntuhan Keprabuan Mojopahit.


Beberapa contoh Sengkalan Memet :

Di atas Panggung Sanggabhuwana yang terletak di halaman dalam istana Kasunanan Surakarta, terdapat bentuk ular naga bersayap yang dinaiki oleh manusia. Bila dibaca berbunyi : Naga Muluk Tinitihan Janma, berangka tahun 1708 Jawa atau 1781 Masehi.

Panggung tersebut dapat pula dibaca : Panggung Luhur Sangga Bhuwana. Artinya: panggung = pa agung bernilai 8; luhur bernilai 0 (nol); Sangga adalah perkumpulan para pendeta Budha bernilai 7 (tujuh); dan bhuwana bernilai 1 (satu), jadi 1708 Jawa atau 1781 Masehi. Atau dapat pula di baca : pa-agung (8); song (9); ga angka Jawa bernilai 1 (satu); bhuwana bernilai 1 (satu). Jadi 1198 Hijrah atau 1781 Masehi. Sengkalan ini sebagai peringatan pembuatan panggung tersebut.

Di dalam wayang kulit purwa terdapat wayang Bathara Guru naik di atas hewan Lembu Nandini. Di baca : Sarira Dwija Dadi Ratu. Bernilai 1478 Saka atau 1556 Masehi, ialah peringatan ketika Sultan Demak membuat wayang kulit purwo sebagai sarana dakwah Islam.

Ketika Sultan Agung membuat wayang kulit purwo, maka dibuatlah wayang kulit Buta Rambut Geni yang merupakan sengkalan pula. Bila dibaca : Jalu Buta Tinata Ing Ratu. Bernilai tahun 1553 Saka atau 1631 Masehi.

Di atas telah disinggung sengkalan Nir Wuk Tanpa Jalu. Sengkalan ini dihubungkan dengan waktu penobatan Aji Saka menjadi raja di Medhang Kamulan setelah dapat mengalahkan Prabu Dewata Cengkar. Bukti sejarah berupa prasasti misalnya, tidak kita temukan. Dari kenyataan sejarah, Tahun 1078 Masehi, pusat kerajaan berada di Jawa Timur sekarang, atau di daerah Manca Nagari zaman kerajaan (daerah Grobogan?), yaitu kerajaan Mendhang dan Kahuripan zaman Mpu Sendok dan Airlangga. Atau dapat juga pada masa Kerajaan Jenggala, Panjalu, Ngurawan dan Singasari, empat sekawan yang berdiri bersama sebagai hasil pembagian wilayah pada masa akhir pemerintahan Raja Airlangga.


Secara geografis, sekarang wilayah Kabupaten Grobogan memang terletak di daerah Propinsi Dati I Jawa Tengah. Namun pada waktu itu negara medhang tidak terletak di Bumi Mataram (Kedu), tetapi di luarnya, yang pendapat umum ditafsirkan di daerah Jawa Timur.

Pada Tahun 1078 M terdapat keturunan raja Airlangga yang berkuasa, yaitu Sri Maharaja Sri Garasakan serta Sri Maharaha Mapanji Alanyung Ahyes. Sudah barang tentu tokoh Aji Saka tidak dapat disamakan dengan masa Airlangga dan sesudahnya berdasarkan data-data sejarah yang ada, tidak terjadi perebutan pengaruh agama, tetapi memang ada gejala perebutan kekuasaan politik. Hal ini dikiaskan dalam cerita Panji Panuluh. Justru perebutan pengaruh di bidang keagamaan terjadi di masa Mataram, yaitu masa Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra berbarengan berkuasa di Mataram. Dinasti Sanjaya menganut Agama Hindu, sedang dinasti Syailendra menganut agama Budha Mahayana. Masa perebutan pengaruh itu tampak jelas pada masa Rakai Pikatan (Dinasti Sanjaya) dan Samarottungga Balaputera (Dinasti Syailendra). Taktik yang digunakan oleh Pikatan untuk memperoleh pengaruh yang lebih besar adalah dengan cara : dia kawin dengan salah seorang puteri Syailendra, kakak Balaputera, yaitu Ratu Prarnodhawardani atau Sri Kahulunan. Peperangan antara Rakai Pikatan melawan Balaputera memang terjadi berdasarkan prasasti Ratu Baka (856 M = 778 Saka : Wulong Gunung Sang Wiku). Perang diakhiri dengan kemenangan di pihak Rakai Pikatan (Hindu). Sedang agama Budha (Balaputera) dalam peristiwa tersebut kalah dan menyingkir ke Swarnadwipa (Sumatra) dan menjadi raja Sriwijaya tempat penyebaran agama Budha di Asia Tenggara.

Atas dasar kenyataan sejarah tersebut, maka cerita Aji Saka harus ditafsirkan sebagai ceritera lambang yang sangat kuat mengandung unsur mitologis.

Kita ketahui, bahwa Sengkalan Nir Wuk Tanpa Jalu, arti harafiahnya adalah Hilang Rusak Tanpa Susuh (ayam jantan) atau Hilang Rusak Tanpa Kekuatan Laki-Laki. Maksudnya negara atau masyarakat kacau tanpa kekuatan laki-laki. Maksudnya negara atau masyarakat kacau tanpa kekuatan, karena tenaga laki-laki "dimakan" oleh Dewata Cengkar, sebagai kias bagi mereka yang diperkerjakan untuk membangun bangunan suci berupa candi-candi yang tidak sedikit jumlahnya. Misalnya: candi Borobudur, Pawon, mendhut, Sari, Kalasan, Sewu, Ratu Baka, dan lain-lain. Inilah gambaran masa akhir bagi kerajaan Medhang di bhumi Mataram!

Sekarang dimanakah letak Kerajaan Medhang Kamulan itu ?

Perkataan Medhang (Mendhang) Kamulan terdiri dari dua kata: Medhang dan Kamulan. perkataan Medhang (Mendhang) berarti "ibu kota". Buktinya :

Prasasti Kedu (Mantyasih) yang lebih dikenal dengan nama Prasasti Balitung, bertahun 907 M ditemukan di desa Kedu. Antara lain menyebutkan : "rahyang tarumuhun ri Medhang ri Poh Pitu". (Slamet Mulyono, Sriwijaya: hal. 147). Artinya pembesar-pembesar terdahulu yang memerintah di Medhang Poh Pitu, atau pembesar-pembesar yang memerintah terdahulu yang beribu kota di Poh Pitu.

Prasasti Tengaran (Jombang, Jawa Timur) memindahkan Ibu kota Mendhang dari Poh Pitu ke Mamratipura, dan raja Wawa mengatakan ibukotanya "ri Mendhang ri Bhumi Mataram", artinya "di Medhang di Bumi Mataram". Dan nama ibukota ini dalam prasasti Tengaran tersebut disebut pula "Medhang i Bumi Mat i Watu" yang artinya "Ibukota di Bhumi Mat i Watu"
Jadi jelas bahwa Medhang menjadi ibukota kerajaan Mataram, kota ini sebagai "kuthagara"nya di Mataram.
Sedang Kamulan berasal dari kata dasar "mula" mendapatkan awalan "ka" dan akhiran "an", membentuk kata benda. Arti "mula" adalah awal, asal, atau akar. Untuk memperoleh penjelasan tentang "mula" tersebut, perlu dikemukakan contoh-contoh yang diajukan oleh Casparis dalam Prasasti Indonesia I (1950).

Batu dari Siman, Kediri (OJO 28) menyebutkan beberapa kali "Sang Hyang Dharma Kamulan", yang artinya "Mula Sang Hyang Dharma" Maksudnya adalah "pendahlu yang telah tiada, atau sebuah tempat pemakaman nenek moyang". Selanjutnya dalam Prasasti Singasari disebutkan (OJO 38) "apan ngakai gunung wangkali kamulan Kahyangan ia pangawan" yang artinya "sebab inilah gunung Wangkali dari Kahyangan di Pangawan". Jadi disini kata "mula" berhubungan dengan "gunung suci?, pendahulu, cikal bakal aatau suci.

Dalam Prasasti Karangtengah (824 M) diceritakan bahwa Ratu Puteri Pramodhawardhani (Sri Kahuluan dan Prasasti Sri Kahuluan th 842) mendirikan "Kamulan" di Bhumi Sambhara (Budhara) atau bangunan suci Borobudur. Di sini arti "Kamulan" adalah makam nenek moyang dan tempat pemujaan.


Dari penjelasan di atas kita dapat menduga mungkin yang dimaksudkan dengan kata "mula" di sini adalah "asal, cikal bakal, awal atau permulaan kejadian." Jadi Medhang Kamulan berarti ibukota yang mula pertama atau asal kejadian.


Sekarang timbul pertanyaan: Di manakah letak ibukota tersebut? melihat sebutan- sebutan ibukota seperti Medhang i Poh Pitu, Medhang i Mat i Watu, Medhang ri Mamratipura, ri Medhang ri Bhumi Mataram, menimbulkan kesan pada kita, bahwa agaknya ibukota tersebut selalu berpindah-pindah tempat, sebab mungkin terdesak oleh penguasa lain, bencana alam dan lain-lain. Sehingga ibukota kerajaan : Mojopahit : dari Mojopahit ke Sengguruh; dari Mojopahit ke Bintara, Demak; Mataram : dari Kerta ke Plered; dari Plered ke Wanakerta atau kartosuro, dan dari Kartosuro berpindah ke Surakarta, dan sebagainya.


Beberapa ahli menunjuk letak kota Medhang sebagai berikut :

Di sekitar Prambanan, sebab disitu banyak peninggalan sejarah berupa candi. Maka disitu pulalah pusat ibukota kerajaan Medhang. Inilah pendapat Krom, (1957 : 40). Juga dalam cerita Bandung Bandawasa berperang dengan Prabu Baka di Prambanan dan cerita terjadinya Candi Sewu dan Candi Lara Jonggrang berlokasi di Prambanan.

Letaknya di Purwodadi, daerah Grobogan, sebab di situ terdapat desa Medhang Kamulan, Kesanga, dan sebagainya yang berkaitan dengan Ceritera Aji Jaka Linglung. Serta di desa Kesanga terdapat puing-puing bekas istana kerajaan yang diduga bekas istana kerajaan Medhang.

Pendapat purbacarka dalam bukunya "Enkele Oud platsnamen" dalam TBG, 1933, menyatakan bahwa letak Medhang Kamulan di sekitar Bagelen (Purworejo), sebab di daerah itu terdapat desa bernama Awu-awu langit dan desa Watukura. Dyah Watukura adalah nama lain bagi Balitung, salah seorang keturunan Raja Sanjaya. Desa Awu-awu langit artinya mendung atau Medhang

Dari beberapa pendapat tersebut, yang jelas bahwa ibukota kerajaan Mataram selalu berpindah-pindah. Sebagai ibukota permulaan adalah Purwodadi, daerah Grobogan, kemudian berpindah ke sekitar Prambanan, kemudian berpindah ke daerah Kedu Bagelen, dan berpindah ke Prambanan lagi, baru sesudah itu berpindah ke Jawa Timur.


Alasan menentukan ibukota pertama di Purwodadi adalah :

"Purwa" berarti "permulaan" (Jawa: kawitan). "Dadi" artinya "jadi" (Jawa : Dumadi). Yang mula-mula jadi, purwaning dumadi, sangkan paraning dumadi. Hal ini dikaitkan dengan ceritera Aji Saka dengan Carakan Jawanya yang mengandung hidup, dan kehidupaan manusia "Manunggaling Kawula Gusti", dari sejak asal mula manusia di dunia ini.

Bila kita tinjau letak geografisnya, memang lebih sesuai, sebab didaerah tersebut mudah mencari air, padahal setiap makhluk membutuhkan air. Daerah ini memanfaatkan air sungai Lusi dan beberapa anak sungainya untuk lalu lintas, pengairan kebutuhan hidup sehari-hari. Lagi puia daerah ini tidak jauh dari laut, bahkan mungkin terletak di tepi pantai Laut Jawa.

Di dalam Primbon Jayabaya (hal.27) dikatakan bahwa Aji Saka naik takhta di negara Sumedang Purwacarita. Perkataan "Sumedhang" di sini bukanlah kota Sumedang di Jawa Barat sekarang, tetapi dimaksudkan kota Medhang yang sangat baik. Jadi Sumedang Purwacarita artinya ibukota Medhang yang sangat baik bagi (negara) Purwacarita. Purwa berarti permulaan; carita berarti cerita, kejadian, purwaning dumadi, sangkan paraning dumadi. Dengan demikian Sumedhang Purwacarita identik dengan Medhang (Mendhang) Kamulan yang lahir di Mataram (negeri ibu, ibu pertiwi) yang pertama kali.


Selanjutnya bagaimana cerita tentang Grobogan ?

Menurut cerita tutur yang beredar di daerah Grobogan, suatu ketika pasukan Demak di bawah pimpinan Sunan Ngudung dan Sunan Kudus menyerbu ke pusat kerajaan Mojopahit. Dalam pertempuran tersebut pasukan Demak memperoleh kemenangan gemilang. Runtuhlah kerajaan Mojopahit. Ketika Sunan Ngundung memasuki Istana, dia menemukan banyak pusaka Mojopahit yang ditinggalkan. Benda-benda itu dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam sebuah grobog, kemudian dibawa sebagai barang boyongan ke Demak.

Peristiwa tersebut sangat mengesankan hati Sunan Ngudung. Sebagai kenangan, maka tempat tersebut diberi nama Grobogan yaitu tempat berupa grobog.

Di atas dijelaskan, bahwa grobog adalah sebuah kotak persegi panjang yang digunakan untuk menyimpan uang atau barang yang dibuat dari kayu. Kadang-kadang berbentuk bulat, agar mudah membawanya dan dengan cepat dapat diselamatkan apabila ada bahaya mengancam, misalnya bahaya kebakaran. Tetapi grobog juga dapat berarti kandang yang berbentuk kotak untuk mengangkut binatang buas (misalnya: harimau) hasil tangkapan dari perburuan. Grobog tersebut dapat juga digunakan sebagai alat penangkap harimau. Grobog ini biasa disebut Grobog atau bekungkung (bila kecil disebut: jekrekan untuk menangkap tikus)

Dari penjelasan diatas, Grobogan berasal dari kata Grobog yang dalam salam ucapnya menjadi "grogol". yaitu alat penangkap binatang buas. Di Kotamadya Surakarta terdapat kampung bernama Grogolan, yang dahulu tempat mengumpulkan harimau hasil perburuan (digrogol atau dikrangkeng). Di perbatasan Kotamadya Surakarta dengan Kab. Dati II Sukoharjo terdapat desa yang bernama desa Grogol, Kec. Grogol, ialah daerah perburuan Sunan Surakarta dan Pajang pada zaman kerajaan.

Sejalan dengan penjelasan di atas maka Grobogan adalah sebuah daerah yang digunakan sebagai daerah perburuan. Dan ternyata daerah ini merupakan daerah perburuan Sultan Demak (Atmodarminto, 1962 : 119) atau merupakan daerah persembunyian para bandit dan penyamun zaman Kerajaan Demak Pajang (Atmodarminto, 1955 : 123). Pada zaman Kartasura daerah ini merupakan daerah tempat tinggal tokoh-tokoh gagah berani dalam berperang (Babad Kartosuro, 79), misalnya : Adipati Puger, Pangeran Serang, Ng. Kartodirjo, dan lain-lain.

Samana jeng Suitan karsa lelangen, amburu sato ing wanadri, Trenggono kadherekaken para abdi, mring Sela wus laju maring anggrogol sato wana

Dalam abad XIX daerah Grobogan merupakan daerah persembunyian para pahlawan rakyat penentang kekuasaan kolonial Belanda, bersama-sama dengan daerah Sukowati. Daerah ini sangat cocok sebagai daerah persembunyian, karena merupakan daerah hutan jati yang lebat dan berbukit-bukit.

Kabupaten Grobogan Pada Masa Mojopahit
Negara Mojopahit didirikan oleh Raden Wijaya Kertarajasa Jayawardhana bersama kawan-kawannya dengan bantuan Arya Wiraraja atau Banyak Wide dari Sumenep, Madura. Lokasi istana di hutan Tarik yang kemudian di ubah menjadi sebuah ibukota kerajaan Mojopahit yang megah. Dewasa ini lokasi bekas Kotaraja Mojopahit itu terletak di desa Trowulan, daerah Kabupaten Dati II Mojokerto, Jawa Timur.
Dalam perkembangan selanjutnya kerajaan Mojopahit mengalami masa keemasan pada masa Prabu Hayam Wuruk Sri Rajasanegara (1350-1389) dengan Patih Hamangkubumi Gajah Mada. pada masa Prabu Rajasanegara itu wilayah kerajaan Majapahit meliputi seluruh Nusantara. Daerah-daerah di Jawa, setelah Kerajaan Pasundan ditakhlukkan atas siasat Gajah Mada, (peristiwa Bubat, 1357) seluruhnya tunduk di bawah duli Keperabuan Mojopahit. Teknik penguasaan daerah dilakukan dengan teknik perkawinan politik, perang, atau penempatan salah seorang anggota keluarganya di daerah Lasem, Tuban dan sekitarnya. Bhre Daha (Dahanpura) menguasai daerah Kediri, Blitar, Caruban, Sengguruh, dan sekitarnya. Bre Paguhan menguasai daerah Paguhan, Japan, Lamongan, Pasuruan dan sekitarnya. Bre Pajang menguasai daerah Pajang, Sukowati, Tarub, Medhang Kamulan, Jipang dan sekitarnya. Dengan demikian daerah atau Kabupaten Grobogan menjadi daerah yang penting pada masa Mojopahit.

Ketika sinar kekuasaan Keprabuan Mojopahit mulai suram, daerah-daerah keluarga raja tersebut mulai banyak yang memisahkan diri dari pusat kerajaan. Hanya daerah Grobogan yang masih tetap setia kepada pemerintah pusat Mojopahit. Ini terbukti bahwa : Buyut Masharar di desa Getas menjadi "juru sabin sang Prabu"; Ki Ageng Tarub menjadi orang kepercayaan Sang Prabu Brawijaya yang penghabisan. Daerah Getas, Tarub, Medhang Gati, Medhang Kana, Medhang Tantu dan beberapa desa di sekitarnya dijadikan daerah penghasil padi untuk kepentingan istana. Bahkan Raja mempercayakan puteranya : Bondan Kejawen untuk diasuh oleh Ki Buyut Mashahar dan berguru kepada ki Ageng Tarub (kidang Telangkas).

Di lain pihak kelemahan kekuasaan raja mendorong raja-raja daerah yang lain, terutama daerah pantai untuk melepaskan diri dari kekuasaan Mojopahit. Daerah-daerah pantai beberapa diantarannya Gresik, Tuban, Lasem, Jepara dan lain-lain. Pada 1437, saudara Hayam Wuruk, yakni Bre Daha atau Dahonopuro melepaskan diri dari Mojopahit. Dohopuro dapat menguasai Madiun, Jagorogo, Pajang, Bojonegoro, Caruban serta beberapa daerah di Grobogan


Kerajaan ini bertekad akan mendirikan negara Mojopahit baru. Dyah Ronowijoyo mendirikan keluarga Girindrawardhana, yang kemudian berpusat di Keling sebelah timur laut Kediri (Daha). Dia menjadi raja di Keling 1474 dan pada Tahun 1478 dapat meruntuhkan kekuasaan kerajaan Mojopahit. Peristiwa ini ditandai dengan sengkalan yang berbunyi "sirna hilang kertaning bhumi", yang bernilai 1400 Saka atau 1478 Masehi. Sebagai raja, Dyah Ronowijoyo mengambil gelar: Paduka Sri Maharja Sri Wilwatikta Pura Janggolo Kediri, Prabhunoto Sri Girindrawardhana nama Dyah Ranawijaya, yang berarti Sri Maharaja yang bersemayam di Keraton Mojopahit Sang Prabu Jenggolo dan kediri Sri Baginda Girindrawardhana nama Dyah Ranawijoyo.

Keruntuhan Mojopahit tidak berarti hancur sama sekali sebab sampai tahun 1486 masih ada berita tentang adanya kerajaan Majapahit yang berpusat di Sesungguruh. Muh Yamin memperkirakan lenyapnya Kerajaan Mojopahit sekitar Tahun 1525, yaitu setelah diserbu oleh pasukan koalisi Islam dari Demak. Sejak itu wahyu kerajaan Mojopahit berpindah ke Demak.

Patih Gajah Pramada atur uninga ing Sang Prabu, bilih Adipati Bintara salabanipun sampun nglenggahi pagelaran. Sang Prabu sabalipun nunten oncat saking kedhaton. Kala meratipun Prabu Brawijaya wau ing sakala ugi wonten ingkang katingal kados ndaru medal saking kedathon, kados kilat, swaranipun gumudlug nggeririsi, dhumawah ing Bintara
Dengan peristiwa "sirna hilang kertaning bhumi" tersebut banyak kaum kerabat dan putra-putri raja menyingkir keluar dari Mojopahit. Sebagian menyingkir ke sekitar Gunung Lawu. Di sini membangun Candi Sukuh dan Ceta sebagai pernyataan penyerahan diri kepada Tuhannya. Putra-putra Prabu Brawijaya : ada yang sampai di Ponorogo dan mengangkat diri sebagai raja dan gelarnya : Bathara Katong Ponorogo. Sedang yang lain bernama Raden Guntur atau R. Gugur menyingkir ke Gunung Lawu, dan biasa disebut Sunan Lawu. Sedang yang lain lagi mengungsi ke daerah Sela, Tarub, Getas dan Pajang.

Perlu diketahui bahwa Prabu Brawijaya Penghabisan mempunyai beberapa orang isteri, yaitu :
Endang Sasmitapura atau Endang Sasmitawati, seorang puteri raksasa, berputera Jaka Dilah atau Arya Dilah atau Arya Damar, diangkat menjadi Bupati di Palembang.
Puteri Cina Liem Kim Nio, yang ketika sedang mengandung "ditrimakake" kepada Arya Damar. Dari kandungannya itu lahirlah Raden Timbal atau R. Patah, raja dan pendiri kerajaan Demak dengan gelarnya Panembahan Jimbun atau Sri Sultan Ngalam Akbar. Raja ini telah menganut agama Islam dan berpusat di Bintara Demak dan mendapatkan dukungan kuat dari para wali (Wali Sanga).
Putri Drarawati, berputera puteri yang dikawinkan dengan Raden Jaka Sengara, putera Ki Bajul Sengara, raja buaya. Jaka Sengara mendapatkan hadiah puteri tersebut karena dia dapat mengalahkan pemberontak Menak Dali Pethak dari Blambangan. Sebagai hadiahnya dia diberi seorang puteri dan diangkat sebagai Adipati Pengging dengan gelarnya Pangeran Adipati Handayaningrat atau Adipati Dayaningrat. Adipati Dayaningrat berputera Ki Kebo Kanigara dan Ki kebo Kenanga. Ki Kebo Kenanga berputera mas Karebet atau Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya, pendiri kesultanan Demak di Pajang.
Puteri Wandan Kuning, berputera Bondan Kejawen atau Lembu Peteng atau Ki Ageng Tarub II. Bondan Kejawen kawin dengan Nawangsih, puteri Ki Ageng Tarub I dengan Dewi Nawang Wulan. Perkawinan Lembu Peteng dengan Nawangsih berputera Ki Ageng Enis-berputera Ki Ageng Pemanahan-berputera Sutawijaya atau Mas Ngabehi Loring Pasar atau Panembahan Senapati, raja pertama Kerajaan Mataram.

Dari silsilah tersebut ternyata, bahwa dari daerah Grobogan (Getas, Sela) lahirlah tokoh- tokoh yang menjadi nenek moyang raja-raja Demak, Pajang, dan Mataram. Maka tidaklah aneh apabila raja-raja Surakarta dan Yogyakarta menaruh perhatian besar terhadap daerah Grobogan, khusunya daerah yang dahulu menjadi milik kerabat Sela. Hal ini terbukti pula bahwa pada ketentuan perjanjian Giyanti 1755 daerah Grobogan masuk kedaerah Kesultanan Yogyakarta. Sampai sekarang Makam Ki Ageng Sela di Desa Sela masih dalam pengawasan dan pemeliharaan Kasultanan Yogyakarta.

Kabupaten Grobogan Pada Masa Demak - Pajang

Sementara keperabuan Mojopahit mengalami disintragasi, dinasti Girindrawardhana dapat merebut takhta kerajaan pada Tahun 1486 M. Raja dari dinasti ini bernama Paduka Sri Maharaja Sri Wilwatikta Pura Jenggolo Kadiri Prabunatha Sri Girindrawardhana nama Dyah Ronowijoyo (Muh Yamin, 1958: II : 235). Nama ini berarti Sri Maharaja yang bersemayam di Keraton Mojopahit Sang Prabu Jenggolo Kadiri Sri Baginda Girindrawardhana nama Dyah Ronowijoyo.

Walaupun pada Tahun 1486 itu Mojopahit masih ada rajanya, namun mereka sudah tidak mampu lagi mengembalikan masa Kejayaan Mojopahit seperti pada masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk. Hal ini disebabkan, disamping ada beberapa daerah yang memerdekakan diri, juga pada masa itu agama Islam telah melebarkan sayap pengaruhnya di Jawa. Tokoh-tokoh seperti Ki Buyut Masharar, Ki Ageng Tarub, Raden Rachmat di Ampel, Puteri Cempo adalah toko-tokoh Islam yang sudah mulai memasuki istana. Kota-kota di pantai utara Jawa sudah banyak yang masuk Islam, misalnya : Giri, Gresik, Ampel, Leran, Lasem, Jaratan, Tuban, Sidayu, Bintoro, dan sebagainya. Kota-kota ini tidak mau lagi mengabdi kepada raja Mojopahit yang beragama Hindu.

Dalam keadaan disintegrasi masyarakat inilah, maka para Guru Agama (Islam) berperanan penting dalam penyebaran agama Islam itu. Mereka itu adalah para wali dan di Jawa terkenal adanya "Wali Songo". Secara bertahap Islam mulai memasuki daerah pedalaman, wilayah Mojopahit. Agama ini berkembang dengan baik di daerah-daerah perdikan, misalnya: di Sela, Tarub, Getas, Tal Pitu, Jenar, Banyubiru, Tingkir, Pengging Ngerang dan lain-lain. Daerah-daerah Ki Buyut dan Ki Ageng merupakan mandala perguruan Islam yang animistis.

Dari daerah-daerah itulah bekembang agama Islam Kejawen. Guru dan murid-muridnya kemudian menjadi tokoh-tokoh penting pada masa Pajang dan Mataram. Disamping daerah teersebut menjadi daerah Demak dan kemudian daerah Pajang, termasuk di dalamnya adalah daerah-daerah Jipang, Tuban, Jepara, Juanan, Kudus, Cengkal Sewu, Grobogan dan lain-lain.

Dari kenyataan di atas, jelas bahwa Kabupaten Grobogan sekarang ini sebagian terbesar termasuk wilayah kekuasaan Demak dan kemudian Pajang. Bahkan pada masa Pajang, kerabat dari Sela yang berada di Pajang, yaitu Ki Ageng Enis, Ki Ageng Pemanahan, dan Ki Panjawi (putra angkat Ki Ageng Sela), ikatan kerabat dari sela tersebut dengan Pajang bertambah erat dengan diangkatnya putera Ki Ageng Pamanahan, yaitu Raden Bagus (atau Bagus Srubut) yang dalam Serat Kanda di sebut Raden Mas Danang, menjadi putera angkat Sultan Pajang Hadiwijaya.

Putera angkat itu diberi nama Sutowijoyo, dan karena tempat tinggalnya di sebelah utara pasar Pajang maka disebut Mas Ngabehi Loring Pasar. Pengangkatan ini dimaksudkan sebagai "lanjaran" agar Sultan segera memperoleh putera sendiri dari permaisuri (Meinsma, Babad: 48; Altoff, Babad: 51). Tindakan Sultan inilah yang kemudian mengakibatkan bahwa antara Sela dan Lawiyan serta kemudian Mataram bersatu menentang Pajang. Lawiyan adalah tempat Ki Ageng Enis, yang oleh Sultan dari Sela dipindahkan ke Pajang dan disebut ki Ageng Lawiyan.

Daerah Jipang (Bojonegoro dan Blora) diperoleh Pajang setelah Sultan dapat membunuh Harya Panangsang, penguasa di Jipang. Pembunuh Haryo Penangsang adalah empat serangkai dari Sela, yaitu Pamanahan, Panjawi, Juru Martani dan Sutowijoyo. Sebagai hadiahnya maka Pamanahan memperoleh bumi Mataram, dan Panjawi memperoleh daerah Pati. Sedang Juru Martani dan Sutawijoyo ikut Pamanahan. Juru Martani menjadi Patih Sultan dan nantinya menjadi Patih Senopati (Sutowijoyo) di Mataram dengan gelarnya Adipati Mandaraka.

Daerah lain yang juga di bawah pengaruh Pajang adalah Kalinyamat atau daerah Prawata, yang dengan suka rela oleh Ratu Kalinyamat diserahkan ke Sultan Pajang yang dapat membunuh musuh utamanya : Harya Panangsang.

Sumber sraksruk.blogspot.com
READ MORE - Sejarah Kab. Grobogan

Sejarah Kab. Purworejo

Kabupaten Purworejo (Jawa: purwareja), adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukota berada di kota Purworejo. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Magelang di utara, Kabupaten Kulon Progo (Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di timur), Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Kebumen di sebelah barat.
Sejarah
Prasasti Kayu Ara Hiwang ditemukan di Desa Boro Wetan (Kecamatan Banyuurip), jika dikonversikan dengan kalender Masehi adalah tanggal 5 Oktober 901. Ini menunjukkan telah adanya pemukiman sebelum tanggal itu. Bujangga Manik, dalam petualangannya yang diduga dilakukan pada abad ke-15 juga melewati daerah ini dalam perjalanan pulang dari Bali ke Pakuan. Sampai sekarang, kapan tepatnya tanggal ulang tahun berdirinya Kabupaten Purworejo, masih jadi bahan perdebatan. Ada yang berpatokan pada pada tanggal prasasti diatas, ada juga yang berpatokan pada diangkatnya bupati Purworejo I pada 30 Juni 1830.
Pada masa Kesultanan Mataram hingga abad ke-19 wilayah ini lebih dikenal sebagai Bagelen (dibaca /ba·gə·lɛn/). Saat ini Bagelen malah hanya merupakan kecamatan di kabupaten ini.
Setelah Kadipaten Bagelen diserahkan penguasaannya kepada Hindia-Belanda oleh pihak Kesultanan Yogyakarta (akibat Perang Diponegoro), wilayah ini digabung ke dalam Karesidenan Kedu dan menjadi kabupaten. Belanda membangun pemukiman baru yang diberi nama Purworejo sebagai pusat pemerintahan (sampai sekarang) dengan tata kota rancangan insinyur Belanda, meskipun tetap mengambil unsur-unsur tradisi Jawa. Kota baru ini adalah kota tangsi militer, dan sejumlah tentara Belanda asal Pantai Emas (sekarang Ghana), Afrika Barat, yang dikenal sebagai Belanda Hitam dipusatkan pemukimannya di sini. Sejumlah bangunan tua bergaya indisch masih terawat dan digunakan hingga kini, seperti Masjid Jami' Purworejo (tahun 1834), rumah dinas bupati (tahun 1840), dan bangunan yang sekarang dikenal sebagai Gereja GPIB (tahun 1879).
Alun-alun Purworejo, seluas 6 hektar, konon adalah yang terluas di Pulau Jawa
Pariwisata
Dalam bidang pariwisata, purworejo mengandalkan pantainya di sebelah selatan yang bernama "Pantai Ketawang", "Pantai Keburuhan (Pasir Puncu), "Pantai Jatimalang" didukung dengan gua-gua : "Gua Selokarang" dan "Sendang Sono", di Sendang Sono (artinya : Kolam dibawah pohon Sono) masyarakat mempercayai bahwa mandi disendang tersebut akan dapat mempertahankan keremajaan. Goa Seplawan, terdapat di kecamatan Kaligesing. Goa ini banyak diminati wisatawan karena keindahan goa yang masih asli dan juga keindahan pemandangan alamnya serta hasil buah durian dan kambing ettawa sebagai salah satu ciri khas hewan ternak di Kabupaten Purworejo. Disamping itu, terdapat juga air terjun "Curug Muncar" dengan ketinggian ± 40m yang terletak di kecamatan Bruno dengan panorama alam yang masih alami. gua pencu di desa ngandagan,merupakan bentuk benteng seperti gua pada zaman belanda;dan pada masa itu gua pencu pernah didatangi oleh presiden sukarno,tapi sekarang sudah tidak terawat karena kurang pedulinya aparatur pemerintahan desa,dan jika anda ingin menikmati suasana sejuknya alam anda d\tinggal melanjutkan perjalanan ke utara karena disana anda dapat menemukan hutan pinus yang sangat sejuk dan dingin engan panorama pegunungan dengan hamparan ladang petani yang permai, Geger menjangan sebelah kolam renang artatirta dengan panorama prgunungan yang asri dari puncak. Kawasan gunung tugel sebelah utara kutoarjo dengan panorama prgunungan yang asri dari puncak. Jalan Ketawang Kutoarjo tempat berlangsungnya Balapan motor tiap malam minggu dengan aksi-aksi yang menakjubkan kreasai motr anak-anak purworejo. Alun-alun kutoarjo berkumpulnya anak-anao purworejo basecamp bikers purworejo berbagai motor anak-anak purworejo yang full modivication.

Makanan khas daerah
Beberapa masakan dan makanan khas Purworejo antara lain:

Dawet Hitam: sejenis cendol yang berwarna hitam, sangat digemari pemudik dari Jakarta.
Tahu Kupat (beberapa wilayah menyebut "kupat tahu"), sebuah masakan yang berbahan dasar tahu dengan bumbu pedas yang terbuat dari gula jawa cair dan sayuran seperti kol dan kecambah.
Geblek : makanan yang terbuat dari tepung singkong yang dibentuk seperti cincin, digoreng gurih
Clorot : makanan terbuat dari tepung beras dan gula merah yang dimasak dalam pilinan daun kelapa yang masih muda (janur kuning). (Berasa dari kecamatan Grabag)
Rengginang : gorengan makanan yang terbuat dari ketan yang dimasak, berbentuk bulat, gepeng.
Lanting : makanan ini bahan dan bentuknya hampir sama dengan geblek, hanya saja ukurannya lebih kecil. Setelah digoreng lanting terasa lebih keras daripada geblek. Namun tetap terasa gurih dan renyah.
Kue Satu : Makanan ini terbuat dari tepung ketan, berbentuk kotak kecil berwarna krem, dan rasanya manis.
Kue Lompong : Berwarna hitam, dari gandum berisi kacang dan dibugkus dengan daun pisang yang telah mengering berwarna kecoklatan (klaras).
Tiwul punel: Terbuat dari gaplek ubi kayu
Krimpying : Makanan ini berbahan dasar singkong, seperti lanting tapi berukuran lebih besar dan lebih keras, berwarna krem, bentuknya bulat tidak seperti lanting yang umumnya berbentuk seperti angka delapan. Rasa makanan ini gurih.
cenil: makanan ini tebuat dari tepung ketela.
Awuggawug: terbuat dari tepung beras ketan yang berisi gula jawa rasanya manis.
Lapis: dari tepung beras ketan.

Sumber : sraksruk.blogspot.com

READ MORE - Sejarah Kab. Purworejo

Sejarah Kota Salatiga


Kota Salatiga, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota ini berbatasan sepenuhnya dengan Kabupaten Semarang. Salatiga terletak 49 km sebelah selatan Kota Semarang atau 52 km sebelah utara Kota Surakarta, dan berada di jalan negara yang menghubungan Semarang-Surakarta. Salatiga terdiri atas 4 kecamatan, yakni Argomulyo, Tingkir, Sidomukti, dan Sidorejo. Kota ini berada di lereng timur Gunung Merbabu, sehingga membuat kota ini berudara cukup sejuk.
Asal usul Nama Salatiga
Pada masa wali songo. Hiduplah seorang adipati yang kaya raya namun juga terkenal karena sifat kikirnya. Adipati Pandanarang II namanya, beliau menjadi adipati di semarang. isteri adipati Pandanarang II juga memiliki sifat yang sama yaitu sangat cinta dengan harta duniawi.

Kabar ini pun terdengar oleh sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga merasa bahwa adipati Pandanarang masih memmiliki kebaikan dalam dirinya. Sehingga tidak perlu dihukum tapi disadarkan.

Esok harinya, pagi-pagi sekali. Snan Kalijaga menyamar sebagai seorang tukang rumput. Beliau membawa rumput yang bagus dan masih segar. Tatkala lewat di halaman Kabupaten, Adipati Pandanarang II menawar harga rumput dengan harga yang sangat rendah.


Penjual rumput itu pun setuju dan meletakkan rumputnya di kandang. Sebelum pergi, ia menyelipkan uang lima sen di dalam rerumputan. Uang tersebut ditemukan oleh abdi dalem Pandanarang II dan segera diberitahukan pada Adipati Pandanarang II. Kejadian ini terus berulang berkali kali.

Pandanarang II pun terheran -heran mengapa tukang rumput itu, tidak pernah menanyakan uangnya yang tertinggal. Ketika tukang rumput itu kembali esoknya, Pandanarang II menanyakan asal usul tukang rumput tsb. Dia juga menanyakan mengapa ia seolah - olah tidak butuh dengan uang.
Tukang rumput itu menjawab bahwa ia bisa mendapatkan emas dengan sekali mencangkul. Sontak saja Adipati Pandanarang marah mendengar hal itu. Ia lalu meyuruh seorang abdinya untuk mengambilkan cangkul. Tidak berapa lama, sang abdi dalem pun memberikan cangkul kepada tukag rumput yang tak lain adalah sunan Kalijaga. Dengan sangat mantap, tukang rumput tadi mngayunkan cangkul tersebut hingga tanahnya terangkat, seketika juga, tanah hasil cangkulan tersebut berubah menjadi emas.

Sang Adipati berikut para abdi dalemnya terdiam.. seolah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya tersebut.. dan pada akhirnya Sunan Kalijaga menunjukkan jati dirinya pada adipati, supaya adipati tersebut tidak terheran-heran.

Sang Adipati meminta maaf dan memohon supaya Sunan Kalijaga berkenan menerimanya sebagai murid. Sunan Kalijaga pun menyetujuinya, dengan syarat yaitu adipati Pandanarang mau melepaskan sifat terlalu cintanya pada harta dan memberikan hartanya pada rakyat fakir miskin.
Pandanarang pun bersedia melakukannya. Isterinya(Nyai Pandanarang) juga turut menemaninya.
Namun, sang isteri masih juga belum bisa menghilangkan rasa cintanya pada harta. Secara diam-diam, tanpa sepengetahuan suaminya. Perempuan iti memasukkan emas dan permata ke dalam teken (tongkat) yang terbuat dari bambu.
Karena tongkatnya yang terlalu berat, sang isteri pun tertinggal. Dia pun menyuruh suaminya supaya berangkat lebih dulu agar bisa menyusul sunan Kalijaga. Adipati Pandanarang akhirnya bisa menyusul Sunan Kalijaga. Mereka berdua(Sunan Kalijaga dan adipati Pandanarang) menempuh perjalanan bersama.

Di tengah perjalanan, mereka dihadang oleh 3 orang perampok. Perampok itu tidak menyadari kalau orang di depannya adalah Sunan Kalijaga.
“Kalau kalian menginginkan barang yang berharga, tunggulah disini. Nanti akan lewat seorang wanita tua. Kalian akan mendapati emas permata yang ada di dalam tongkat bambu,” kata Sunan Kalijaga.
Karena melihat mereka tidak membawa apa-apa, maka perampok tersebut membiarkan sang Sunan dan muridnya untuk lewat.
Kemudian, sampailah Nyai Pandanarang di tempat tersebut. Terlihat beliau sangat lelah, karena tongkat yang di banya sangatlah berat. Ketiga perampok tadi menghadang perempuan itu, dan mengambil tongkat bambu yang ia pegang itu. Nyai Pandanarang terpaksa harus merelakan harta emas permata yang dibawanya jauh-jauh ternyata diambil oleh perampok tadi.

Pada saat Nyai Pandanarang berhasil menyusul suaminya dan Sunan Kalijaga, dia menceritakan kejadian perampokan tadi sembari menangis.
"Untuk berguru kepadaku, kalian harus bisa meninggalkan harta duniawi. Kejadian itu merupakan kesalahanmu sendiri,” ucap Sunan Kalijaga.
Untuk mengingat kejadian itu, Sunan Kalijaga memberi nama daerah tersebut “Salah Tiga”. Karena jumlah perampok tadi ada 3 orang. *
Lama kelamaan nama salah tiga berubah menjadi Salatiga.

*Versi lain mengatakan dinamakan salah tiga karena ada tiga orang yang telah berbuat salah, yaitu Adipati Pandanarang, Nyai Pandanarang, dan perampok.

Sejarah
Ada beberapa sumber yang dijadikan dasar untuk mengungkap asal-usul Salatiga, yaitu yang berasal dari cerita rakyat, prasasti maupun penelitian dan kajian yang cukup detail. Dari beberapa sumber tersebut Prasasti Plumpungan-lah yang dijadikan dasar asal-usul Kota Salatiga. Berdasarkan prasasti ini Hari Jadi Kota Salatiga dibakukan, yakni tanggal 24 Juli 750 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Kota Salatiga Nomor 15 Tahun 1995 tentang Hari Jadi Kota Salatiga.
Prasasti Plumpungan, cikal bakal lahirnya Salatiga, tertulis dalam batu besar berjenis andesit berukuran panjang 170cm, lebar 160cm dengan garis lingkar 5 meter yang selanjutnya disebut Prasasti Plumpungan.
Berdasar prasasti di Dukuh Plumpungan, Desa Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo, maka Salatiga sudah ada sejak tahun 750 Masehi, pada waktu itu Salatiga merupakan perdikan.
Perdikan artinya suatu daerah dalam wilayah kerajaan tertentu. Daerah ini dibebaskan dari segala kewajiban pajak atau upeti karena daerah tersebut memiliki kekhususan tertentu, daerah tersebut harus digunakan sesuai dengan kekhususan yang dimiliki. Wilayah perdikan diberikan oleh Raja Bhanu meliputi Salatiga dan sekitarnya.
Menurut sejarahnya, di dalam Prasasti Plumpungan berisi ketetapan hukum, yaitu suatu ketetapan status tanah perdikan atau swantantra bagi Desa Hampra. Pada zamannya, penetapan ketentuan Prasasti Plumpungan ini merupakan peristiwa yang sangat penting, khususnya bagi masyarakat di daerah Hampra. Penetapan prasasti merupakan titik tolak berdirinya daerah Hampra secara resmi sebagai daerah perdikan atau swantantra. Desa Hampra tempat prasasti itu berada, kini masuk wilayah administrasi Kota Salatiga. Dengan demikian daerah Hampra yang diberi status sebagai daerah perdikan yang bebas pajak pada zaman pembuatan prasasti itu adalah daerah Salatiga sekarang ini.
Konon, para pakar telah memastikan bahwa penulisan Prasasti Plumpungan dilakukan oleh seorang citralekha (penulis) disertai para pendeta (resi). Raja Bhanu yang disebut-sebut dalam prasasti tersebut adalah seorang raja besar pada zamannya yang banyak memperhatikan nasib rakyatnya.
Isi Prasasti Plumpungan ditulis dalam Bahasa Jawa Kuno dan bahasa Sanskerta. Tulisannya ditatah dalam petak persegi empat bergaris ganda yang menjorok ke dalam dan keluar pada setiap sudutnya.
Dengan demikian, pemberian tanah perdikan merupakan peristiwa yang sangat istimewa dan langka, karena hanya diberikan kepada desa-desa yang benar-benar berjasa kepada raja. Untuk mengabadikan peristiwa itu maka raja menulis dalam Prasasti Plumpungan Srir Astu Swasti Prajabhyah, yang artinya: "Semoga Bahagia, Selamatlah Rakyat Sekalian". Ditulis pada hari Jumat, tanggal 24 Juli tahun 750 Masehi.

MAKANAN KHAS SALATIGA
bagi yang suka wisata kuliner jangan lupa kota kecil yang penuh fantasi ini..Makanan khas merupakan salah satu kenangan yang akan dibawa pulang oleh pengunjung yang datang ke suatu daerah. Makanan khas Kota Salatiga sangat terkenal dan digemari banyak pengunjung seperti enting-enting gepuk, keripik paru, keripik usus, abon, dendeng sapi, ampyang (gula kacang), karak gendar, dan karak dele (kedelai). kripik paru dan masih banyak lagi..wah salatiga itu emang kota yang paling hot,tenang, dan sensual…wah gladrah..lanjut Makanan tersebut dijajakan di sudut-sudut kota di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Sukowati.
Selain makanan khas diatas, pengunjung dapat menikmati wedang rondhe dan jagung godhog (rebus) yang dijajakan di Jalan Jenderal Sudirman. Kota Salatiga juga terkenal dengan bakso babat dan Gudeg

Sumber : http://www.sejarahkota.com dan http://sraksruk.blogspot.com
READ MORE - Sejarah Kota Salatiga

Manfaat Buah Semangka


Banyak orang yang tidak menyadari manfaat buah semangka ya seperti dulu saat saya masih awam di bidang kesehatan meskipun buah semangka sudah tidak asing lagi ditelinga kita dan kehidupan sehari tapi masih kurang pemahaman tentang buah semangka .

Berikut adalah manfaat buah semangkaa yang saya kutip dari beberapa sumber buku dan online :

Menghindarkan orang dari serangan jantung hal ini karena semangka mampu menghentikkan penumpukkan kolesterol berbahaya yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan jantung.

Mengendalikkan berat badan seperti yang dilansir oleh Laman Zeenews

Mengobati dan mengatasi rambut rontok silakan klik disini untuk membacanya

Menetralkan tekanan darah

Mencegah penyakit kangker yang menyerang kesehatan tubuh anda

Mengkuatkan untuk berhubungan intim atau buah kuat untuk kaum pria

Mencegah sariawan

Mengaktifkan kerja jantung

Menurun panas tubuh atau demam

Bagus untuk orang yang memilik masalah dalam melakukan buang ari kecil

Bagus untuk ibu hamil klik disini untuk membacanya

Setelah anda membaca artikel kesehatan saya tentang manfaat buah semangka untuk kesehatan tubuh masihkan ada ragu atau malas untuk membeli dan mengkomsusi buah semangka dan segera anda bertobat untuk tidak menyukai buah semangka dan mulai mengkomsusi buah semangka.

Sumber : http://kesehatanb.blogspot.com
READ MORE - Manfaat Buah Semangka

Manfaat Buah Pisang


Pisang merupakan buah dengan rasa yang enak dan bentuk yang unik. Buah ini banyak di gemari khususnya di negara kita mengingat buah ini sangat mudah di dapat di negara Indonesia. Tidak kalah dengan buah apel, buah pisang juga memiliki banyak khasiat yang sangat bermanfaat.

Kandungan Pisang

Pisang mengandung (68%) air, (25%) gula, (2%) protein, (1%), lemak dan minyak, (1%) serat Selulosa. Sebagaimana juga ia mengandung pati dan asam tanin, vitamin A (300 IU per seratus gram), vitamin B dengan berbagai jenisnya; B1, B2, B 6, dan 12 (100 mg per seratus gram), persentase yang cukup dari vitamin D, dan sedikit Vitamin Z. Dan pisang juga mengandung Kalsium (100 mg per seratus gram), Fosfor, Besi, Sodium, Kalium (potassium), Magnesium, dan Seng.


Manfaat Pisang Bagi Kesehatan

Meningkatkan kekebalan tubuh
Vitamin A, C, dan B6 yang terkandung dalam pisang dapat meningkatkan kekebalan tubuh dalam melawan infeksi.
Obat hipertensi (tekanan darah tinggi)
Kandungan kalium membantu mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga tekanan darah terkendali. Kandungan seratnya yang mampu mengikat lemak dapat mencegah terbentuknya plak yang berdampak naiknya tekanan darah.
Mencegah penyakit jantung
Vitamin C dan flavonoid pada pisang yang bersifat antioksidan mencegah oksidasi lemak penyebab penyakit jantung.
Kesehatan janin
Ibu hamil disarankan makan pisang karena kandungan asam folatnya mudah diserap janin.
Mengatasi anemia (kurang darah)
Buah ini juga mengandung zat besi. Dua buah pisang setiap hari, cukup membuat penderita anemia terselamatkan.
Mengatasi gangguan pencernaan
Pisang memiliki khasiat antasida serta mudah dicerna sehingga baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam lambung. Penelitian di Inggris terhadap hewan coba, hewan yang diberi makan pisang, dinding lambungnya menjadi lebih kuat. Untuk itu pilihlah pisang yang manis seperti pisang raja. Serat pada pisang melancarkan buang air besar. Vitamin B6-nya membantu meredakan gejala diare.
Menurunkan berat badan
Karbohidrat kompleks tidak menaikkan kadar glukosa dengan drastis; juga rendah lemak sehingga aman untuk peserta program penurunan berat badan. Asalkan, pisang tidak diolah dalam bentuk banana milk shake, pisang goreng, ataupun kolak. Serat pada pisang juga menurunkan berat badan karena melancarkan proses metabolisme.

Itu semua merupakan kandungan dan khasiat atau manfaat yang terkandung dalam buah pisang, semoga bermanfaat.

Sumber : http://kesehatanb.blogspot.com
READ MORE - Manfaat Buah Pisang

Manfaat Buah Apel Bagi Kesehatan


Pasti semua orang sudah mengenal buah apel, buah yang hampir bisa ditemukan di seluruh dunia. Namun tidak sedikit yang meremehkan khasiat buah yang memiliki banyak varian ini, karena sangat lah banyak khasiat atau manfaat yang dimiliki buah Apel.
Di dalam dunia kesehatan, Manfaat buah apel bisa membantu diet atau menurunkan berat badan Anda. Dengan mengkonsumsi 1 apel dapat mengurangi asupan kalori sebanyak 15%. Sebaiknya sebelum makan Anda konsumsi 1 buah apel karena dapat mengurangi kalori Anda kira-kira 185 kalori. Sehingga jika di rata-rata per bulan maka Anda bisa membuang sebanyak 0,68 kg atau 9,07 kg per tahun.

Manfaat Buah Apel:
Beberapa khasiat dari buah apel adalah sebagai berikut.

1. Melindungi tulang
2. Asma
3. Mencegah Al-zheimer
4. Menurunkan kadar kolesterol
5. Mencegah kanker paru-paru
6. Mencegah Kanker Payudara
7. Mencegah kanker usus
8. Mencegah Kanker Hati
9. Mengontrol diabetes
10.Mengurangi berat badan

Ternyata sangatlah banyak manfaat buah apel bagi manusia. Jadi jangan pernah meremehkan buah ini ya, terimakasih.

Sumber : http://kesehatanb.blogspot.com
READ MORE - Manfaat Buah Apel Bagi Kesehatan

Cara Cepat Mengobati Sariawa


Sariawan merupakan luka di mulut yang sangat mengganggu, semua kegiatan yang berhubungan dengan area mulut menjadi sangat sulit dilakukan, seperti makan sampai berbicara. Namun ada beberapa cara untuk mengobati sariawan tanpa obat-obatan tertentu. Seperti apa? Silakan baca tips selengkapnya:
Menggunakan Kopi Bubuk
Cukup dengan mengoleskan sedikit kopi bubuk kebagian sariawan, diamkan beberapa menit lalu berkumur.

Dengan Kulit Batang Jambu
Cara membuatnya juga tidak terlalu sulit. Cukup dengan menyiapkan kulit batang jambu air sebanyak 10gr dan cuci lalu tumbuk sampai halus. Setelah halus anda masukkan kedalam setengah gelas air. Saring airnya dan gunakan untuk berkumur.

Berkumur dengan air garam
Berkumurlah dengan air hangat yang telah dicampur garam tiga kali sehari untuk menyembuhkan luka sariawan. Namun hati-hati, saat garam menyentuh area sariawan rasanya lumayan perih.

Oleskan Bawang dan Pepaya
Menerapkan langsung obat ke luka sariawan juga dapat mempercepat proses penyembuhan. Gunakan bawang mentah, pepaya atau kantong teh langsung pada luka sariawan.

Minum yogurt
Yogurt mengontrol keseimbangan bakteri di mulut dan tubuh. Dengan ini, Anda dapat mempercepat proses penyembuhan.

Perbanyak Minum Multivitamin
Perbanyak konsumsi vitamin B, vitamin C, zat besi dan asam folat yang juga berperan dalam mencegah dan menyembuhkan luka sariawan.

Perbanyak Minum Air Putih
Kemungkinan, sariawan juga diakibatkan oleh kurangnya cairan tubuh akibat panas dalam. Jadi, minumlah air putih lebih banyak daripada sebelumnya.

Sekian tips dari saya, semoga bermanfaat bagi kita semua dan semoga penyakit kalian lekas sembuh :)

Sumber : http://kesehatanb.blogspot.com
READ MORE - Cara Cepat Mengobati Sariawa

Manfaat Luar Biasa Buah Durian

Buah durian, buah dengan aroma yang sangat menyengat namun memiliki rasa yang sangat lezat, setidaknya itu menurut saya, karena banyak juga yang tidak menyukai buah dengan kulit yang berduri ini, jangankan mencicipinya, mereka yang pertama kali atau memang tidak menyukai buah durian saat mencium aromanya saja sudah merasa terganggu. Sampai-sampai saya pernah membaca artikel bahwa buah durian dilarang di negara tertentu karena aromanya tadi. Namun disini saya tidak akan membahas mengenai aroma/rasa buah durian, melainkan khasiat/manfaat buah ini. Manfaat buah durian bagi kesehatan antara lain:


1. Mencegah Penuaan Dini

Vitamin C yang terkandung dalam durian merupakan bahan baku pembuatan kolagen. Seperti kita ketahui bahwa kolagen adalah faktor penting dalam menjaga keremajaan kulit. Tak hanya itu, kolagen juga berperan penting dalam menjaga kesehatan pembuluh darah, tulang tendon, dan ligamen.

2. Mencegah Depresi

Kandungan vitamin B6 yang terdapat dalam buah durian juga dapat membantu memproduksi hormon serotonin. Hormon penting yang membuat suasana hati Anda menjadi lebih baik sehingga mencegah Anda dari risiko stres dan depresi.

3. Meningkatkan Kemampuan Otak

Sebuah studi yang dilakukan di Twickenham, London, Inggris, menyebutkan bahwa 200 pelajar diminta untuk mengonsumsi buah durian dalam jumlah cukup pada saat sarapan, istirahat, dan makan siang. Hasilnya, lebih dari 80 persen siswa mengalami peningkatan kemampuan otak dalam menyerap pelajaran dan lebih berkonsentrasi terhadap pelajaran yang diberikan.

4. Obat Tidur Alami

Bagi Anda yang susah tidur dan jarang mendapatkan tidur berkualitas, mungkin mengonsumsi durian bisa menjadi solusi alternatif yang tepat. Kandungan amino triptofan dalam durian dapat meringankan kecemasan, insomnia, dan menciptakan perasaan euforia dengan cara meningkatkan kadar serotonin pada otak. Serotonin merupakan zat penting untuk mengatur siklus tidur yang bekerja sama dengan zat lain yakni melatonin.

Tetapi hati-hati, buah durian dapat mengganggu kesehatan jika dikonsumsi berlebihan. Atau yang paling parah dapat mematikan jika dibarengi dengan minum minuman beralkohol. Agar buah durian dapat dirasakan manfaat sehatnya, cukup konsumsi 100-200 gr saja sekali makan.

Sumber : http://kesehatanb.blogspot.com
READ MORE - Manfaat Luar Biasa Buah Durian

Wednesday, 8 May 2013

Sejarah Kota Semarang


Sejarah

Sejarah Semarang berawal kurang lebih pada abad ke-8 M, yaitu daerah pesisir yang bernama Pragota (sekarang menjadi Bergota) dan merupakan bagian dari kerajaan Mataram Kuno. Daerah tersebut pada masa itu merupakan pelabuhan dan di depannya terdapat gugusan pulau-pulau kecil. Akibat pengendapan, yang hingga sekarang masih terus berlangsung, gugusan tersebut sekarang menyatu membentuk daratan. Bagian kota Semarang Bawah yang dikenal sekarang ini dengan demikian dahulu merupakan laut. Pelabuhan tersebut diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu sekarang dan memanjang masuk ke Pelabuhan Simongan, tempat armada Laksamana Cheng Ho bersandar pada tahun 1405 M. Di tempat pendaratannya, Laksamana Cheng Ho mendirikan kelenteng dan mesjid yang sampai sekarang masih dikunjungi dan disebut Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu).

Pada akhir abad ke-15 M ada seseorang ditempatkan oleh Kerajaan Demak, dikenal sebagai Pangeran Made Pandan (Sunan Pandanaran I), untuk menyebarkan agama Islam dari perbukitan Pragota. Dari waktu ke waktu daerah itu semakin subur, dari sela-sela kesuburan itu muncullah pohon asam yang arang (bahasa Jawa: Asem Arang), sehingga memberikan gelar atau nama daerah itu menjadi Semarang.

Sebagai pendiri desa, kemudian menjadi kepala daerah setempat, dengan gelar Kyai Ageng Pandan Arang I. Sepeninggalnya, pimpinan daerah dipegang oleh putranya yang bergelar Pandan Arang II (kelak disebut sebagai Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran II atau Sunan Pandanaran Bayat atau Ki Ageng Pandanaran atau Sunan Pandanaran saja). Di bawah pimpinan Pandan Arang II, daerah Semarang semakin menunjukkan pertumbuhannya yang meningkat, sehingga menarik perhatian Sultan Hadiwijaya dari Pajang. Karena persyaratan peningkatan daerah dapat dipenuhi, maka diputuskan untuk menjadikan Semarang setingkat dengan Kabupaten. Pada tanggal 2 Mei 1547 bertepatan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, tanggal 12 rabiul awal tahun 954 H disahkan oleh Sultan Hadiwijaya setelah berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga. Tanggal 2 Mei kemudian ditetapkan sebagai hari jadi kota Semarang.

Kemudian pada tahun 1678 Amangkurat II dari Mataram, berjanji kepada VOC untuk memberikan Semarang sebagai pembayaran hutangnya, dia mengklaim daerah Priangan dan pajak dari pelabuhan pesisir sampai hutangnya lunas. Pada tahun 1705 Susuhunan Pakubuwono I menyerahkan Semarang kepada VOC sebagai bagian dari perjanjiannya karena telah dibantu untuk merebut Kartasura. Sejak saat itu Semarang resmi menjadi kota milik VOC dan kemudian Pemerintah Hindia Belanda.
Pada tahun 1906 dengan Stanblat Nomor 120 tahun 1906 dibentuklah Pemerintah Gemeente. Pemerintah kota besar ini dikepalai oleh seorang Burgemeester (Wali kota). Sistem Pemerintahan ini dipegang oleh orang-orang Belanda berakhir pada tahun 1942 dengan datangya pemerintahan pendudukan Jepang.

Pada masa Jepang terbentuklah pemerintah daerah Semarang yang dikepalai Militer (Shico) dari Jepang. Didampingi oleh dua orang wakil (Fuku Shico) yang masing-masing dari Jepang dan seorang bangsa Indonesia. Tidak lama sesudah kemerdekaan, yaitu tanggal 15 sampai 20 Oktober 1945 terjadilah peristiwa kepahlawanan pemuda-pemuda Semarang yang bertempur melawan balatentara Jepang yang bersikeras tidak bersedia menyerahkan diri kepada Pasukan Republik. Perjuangan ini dikenal dengan nama Pertempuran Lima Hari.

Tahun 1946 Inggris atas nama Sekutu menyerahkan kota Semarang kepada pihak Belanda. Ini terjadi pada tanggal l6 Mei 1946. Tanggal 3 Juni 1946 dengan tipu muslihatnya, pihak Belanda menangkap Mr. Imam Sudjahri, wali kota Semarang sebelum proklamasi kemerdekaan. Selama masa pendudukan Belanda tidak ada pemerintahan daerah kota Semarang. Namun para pejuang di bidang pemerintahan tetap menjalankan pemerintahan di daerah pedalaman atau daerah pengungsian di luar kota sampai dengan bulan Desember 1948. daerah pengungsian berpindah-pindah mulai dari kota Purwodadi, Gubug, Kedungjati, Salatiga, dan akhirnya di Yogyakarta. Pimpinan pemerintahan berturut-turut dipegang oleh R Patah, R.Prawotosudibyo dan Mr Ichsan. Pemerintahan pendudukan Belanda yang dikenal dengan Recomba berusaha membentuk kembali pemerintahan Gemeente seperti pada masa kolonial dulu di bawah pimpinan R Slamet Tirtosubroto. Hal itu tidak berhasil, karena dalam masa pemulihan kedaulatan harus menyerahkan kepada Komandan KMKB Semarang pada bulan Februari 1950. tanggal I April 1950 Mayor Suhardi, Komandan KMKB. menyerahkan kepemimpinan pemerintah daerah Semarang kepada Mr Koesoedibyono, seorang pegawai tinggi Kementerian Dalam Negeri di Yogyakarta. Ia menyusun kembali aparat pemerintahan guna memperlancar jalannya pemerintahan.

Semarang sebagai salah satu kota di Indonesia yang memiliki sejarah panjang, terutama bagi sejarah kependudukan Belanda di Indonesia dengan berbagai peninggalannya saat ini menjadi satu tujuan wisata budaya yang menarik bagi para wisatawan, terutama, juga bagi seorang arkeolog.

Dikutip dari blog pribadi, Semarang banyak sekali memiliki bangunan sejarah yang patut diketahui. Namun, mengenal Semarang harus mengetahui juga bagaimana sejarah panjang kota ini terbentuk. Berikut sejarah kota Semarang

Menurut data yang didapat dari situs internet wikipedia.org, sejarah Semarang berawal kurang lebih pada abad ke-8 M, yaitu daerah pesisir yang bernama Pragota (sekarang menjadi Bergota) dan merupakan bagian dari kerajaan Mataram Kuno. Daerah tersebut pada masa itu merupakan pelabuhan dan di depannya terdapat gugusan pulau-pulau kecil.

Akibat pengendapan, yang hingga sekarang masih terus berlangsung, gugusan tersebut sekarang menyatu membentuk daratan. Bagian kota Semarang Bawah yang dikenal sekarang ini dengan demikian dahulu merupakan laut.

Pelabuhan tersebut diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu sekarang dan memanjang masuk ke Pelabuhan Simongan, tempat armada Laksamana Cheng Ho bersandar pada tahun 1405 M. Di tempat pendaratannya, Laksamana Cheng Ho mendirikan kelenteng dan mesjid yang sampai sekarang masih dikunjungi dan disebut Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu).

Selain itu dari sumber yang sama mengenai sejarah penamaan kota semarang serta awal mula kependudukan belanda dikota tersebut yakni berawal pada akhir abad ke-15 M, yakni adanya seseorang yang ditempatkan oleh Kerajaan Demak, dikenal sebagai Pangeran Made Pandan (Sunan Pandanaran I), untuk menyebarkan agama Islam dari perbukitan Pragota.

Dari waktu ke waktu daerah itu semakin subur, dari sela-sela kesuburan itu muncullah pohon asam yang arang (bahasa Jawa: Asem Arang), sehingga memberikan gelar atau nama daerah itu menjadi Semarang.

Sebagai pendiri desa, kemudian menjadi kepala daerah setempat, dengan gelar Kyai Ageng Pandan Arang I. Sepeninggalnya, pimpinan daerah dipegang oleh putranya yang bergelar Pandan Arang II (kelak disebut sebagai Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran II atau Sunan Pandanaran Bayat atau Ki Ageng Pandanaran atau Sunan Pandanaran).

Di bawah pimpinan Pandan Arang II, daerah Semarang semakin menunjukkan pertumbuhannya yang meningkat, sehingga menarik perhatian Sultan Hadiwijaya dari Pajang. Karena persyaratan peningkatan daerah dapat dipenuhi, maka diputuskan untuk menjadikan Semarang setingkat dengan Kabupaten.

Tanggal 2 Mei kemudian ditetapkan sebagai hari jadi kota Semarang

Pada tanggal 2 Mei 1547 bertepatan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, tanggal 12 rabiul awal tahun 954 H disahkan oleh Sultan Hadiwijaya setelah berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga. Tanggal 2 Mei kemudian ditetapkan sebagai hari jadi kota Semarang.

Kemudian pada tahun 1678 Amangkurat II dari Mataram, berjanji kepada VOC untuk memberikan Semarang sebagai pembayaran hutangnya, dia mengklaim daerah Priangan dan pajak dari pelabuhan pesisir sampai hutangnya lunas.

Pada tahun 1705 Susuhunan Pakubuwono I menyerahkan Semarang kepada VOC sebagai bagian dari perjanjiannya karena telah dibantu untuk merebut Kartasura. Sejak saat itu Semarang resmi menjadi kota msilik VOC dan kemudian Pemerintah Hindia Belanda.

Pada masa kependudukan belanda itulah semarang tumbuh menjadi satu kota pesisir yang pada masa itu dianggap sebgai kota dengan pertumbuhan yang maju pesat dengan segala pembangunannya.

Hasil dari pembangunan kota tersebut hingga kini masih dapat kita lihat dan rasakan dalam bentuk bangunan- dengan gaya arsitektur belanda serta beberapa bangunan yang mendapat pengaruh dari kebudayaan cina. Bangunan tersebut antara lain yakni gereja bledug serta bangunan-bangunan sekitar yang terdapat di Jl. Letjend. Suprapto, Klenteng Sam Po Kong, Bangunan Lawang Sewu, serta Stasiun Kereta Ambarawa.

Daftar wali kota
Sejak 1945

Sejak tahun 1945 para wali kota yang memimpin kota besar Semarang yang kemudian menjadi Kota Praja dan akhirnya menjadi Kota Semarang adalah sebagai berikut:

Mr. Moch.lchsan
Mr. Koesoebiyono (1949–1 Juli 1951)
RM. Hadisoebeno Sosrowerdoyo (1 Juli 1951–1 Januari 1958)
Mr. Abdulmadjid Djojoadiningrat (7 Januari 1958–1 Januari 1960)
RM Soebagyono Tjondrokoesoemo (1 Januari 1961–26 April 1964)
Mr. Wuryanto (25 April 1964–1 September 1966)
Letkol. Soeparno (1 September 1966–6 Maret 1967)
Letkol. R.Warsito Soegiarto (6 Maret 1967–2 Januari 1973)
Kolonel Hadijanto (2 Januari 1973–15 Januari 1980)
Kol. H. Iman Soeparto Tjakrajoeda SH (15 Januari 1980–19 Januari 1990)
Kolonel H. Soetrisno Suharto (19 Januari 1990–19 Januari 2000)
H. Sukawi Sutarip SH. (19 Januari 2000–2010)
Drs.H.Soemarmo HS, MSi / Hendrar Prihadi, SE, MM. (2010–sekarang)

Pariwisata
Obyek Wisata Lawang Sewu
Wisata Alam

Pulau Tirangcawang, di Kelurahan Tugu
Pantai Tirang, di Kelurahan Tambak Harjo
Pantai Marina, di Kelurahan Tawangsari
Pantai Maron, di Kelurahan Tambak Harjo
Goa Kreo, di Kelurahan Kandri
Taman Lele Semarang, di Kelurahan Tambakaji

Wisata Sejarah

Museum MURI, di Kelurahan Tegalsari
Museum Jamu Nyonya Meneer, di Kelurahan Muktiharjo
Museum Jawa Tengah, di Kelurahan Gisikdrono
Museum Mandala Bhakti, di Kelurahan Pindrikan Kidul
Lawang Sewu, di Kelurahan Pindrikan Kidul
Tugu Muda, di Kelurahan Pindrikan Kidul
Candi Tugu, di Kelurahan Tugurejo

Wisata Religi

Masjid Agung Jawa Tengah, di Kelurahan Sambirejo
Masjid Baiturrahman Semarang, di Simpanglima
Masjid Kauman Semarang, di daerah Kauman, Johar
Klenteng Sam Po Kong, di daerah Simongan
Gereja Blenduk, di Kecamatan Semarang Utara
Gereja Katedral Semarang di Kelurahan Tambakaji
Pagoda Buddhagaya, di Kecamatan Banyumanik

Wisata Keluarga

Wonderia, di Kelurahan Tegalsari
Bonbin Tinjomoyo, di Kelurahan Sukorejo
Marerokoco, di Kelurahan Tawangsari

Wisata Belanja

Pasar Johar, di Kelurahan Kauman
Citra Land Mall (Ramayana), Kelurahan Karang Kidul
Java Mall (Hypermart), di Kelurahan Peterongan
Paragon Mall (Matahari), di Kelurahan Sekayu
Sri Ratu (Matahari), di Kelurahan Peterongan
DP Mall (Carrefour), di Kelurahan .... Jl. Pemuda Semarang Tengah

Acara

Dugderan
Semarang Expo
Semarang Great Sale
Semarang Fashion Festival
Semarang Fashion On The Street

Kuliner
Masakan

Makanan khas Semarang antara lain adalah:

Bandeng presto
Soto Bangkong "Soto Semarang"
Mie Kopyok
Sega becak
Kuah Tahu Pong
Pecel Koyor

Jajan

Jajanan Pasar khas Semarang antara lain adalah:

Madu Semarang
Lunpia Semarang
Wingko Babat
Spekoek
Jongkong Singkong
Gandos
Kue Moci
Blanggem
Mentho
Timus
Gilo-gilo
Bakpia
Tahu Gimbal

Minuman

Minuman khas Semarang antara lain adalah:

Kolak Setup
Wedang Lengkeng
Es Cao
Cong Yang

Oleh-Oleh

Roti Gandjel Rel
Lumpia
Tahu Bakso Ungaran
Mari Wijen

Sumber : wikipedia.org dan http://www.dotsemarang.com
READ MORE - Sejarah Kota Semarang

5 Tanaman Herbal Kaya Manfaat

Pengobatan herbal semakin mendapat tempat di kalangan masyarakat Indonesia. Selain dinilai ampuh untuk mengobati berbagai penyakit, obat herbal juga dinilai aman karena tidak memiliki efek samping. Obat herbal memanfaatkan tanaman yang memiliki kandungan bahan-bahan alamiah sebagai bahan baku utamanya. Beberapa tanaman herbal banyak digunakan sebagai bahan baku obat, baik untuk penyembuhan luka luar ataupun penyakit dalam. Adapun 5 tanaman yang bisa anda manfaatkan sebagai obat herbal alami adalah :

1. Lidah buaya
Lidah buaya atau aloe vera memiliki manfaat untuk menghilangkan jerawat, meremajakan kulit, dan detoksifikasi kulit. Selain itu, lidah buaya juga bisa dijadikan sebagai obat herbal alami untuk menyembuhkan luka bakar ringan.

2. Bawang putih
Bawah putih sudah tidak diragukan lagi khasiatnya. Dikenal mempunyai sifat antibiotik, bawang putih memiliki peran penting untuk mengatasi luka kecil hingga bisul. Namun yang harus anda ketahui adalah sifat antibiotik dari bawang putih hanya bisa dimanfaatkan saat bawang dicincang, dihancurkan, atau dikunyah langsung. Bawang putih merupakan salah satu obat herbal alami yang bisa anda gunakan pada kehidupan sehari-hari.

3. Ginseng
Tanaman khas Korea ini bermanfaat untuk memberikan dorongan energi secara instan. Selain itu ginseng juga diketahui dapat membantu masalah kesuburan pria. Ginseng sudah banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku obat, baik dalam bentuk kapsul, tablet, ataupun teh.

4. Peppermint
Tanaman peppermint (mentha) banyak dimanfaatkan orang sebagai obat herbal alami yang dapat mengatasi gangguan pencernaan. Anda bisa memanfaatkan daunnya sebagai campuran bahan makanan atau minuman. Untuk merasakan manfaatnya, anda bisa tambahkan daun peppermint kering sebanyak dua sendok makan pada secangkir teh yang selalu anda konsumsi.

5. Chamomile
Chamomile adalah tanaman dari keluarga bunga Matahari. Chamomile dipercaya dapat menyembuhkan radang pada usus, sakit perut, dan bisa dimanfaatkan sebagai obat tidur (penenang syaraf). Chamomile sudah banyak dimanfaatkan orang sebagai bahan baku pembuatan teh herbal. Untuk mendapatkan manfaat kesehatan dari chamomile, para ahli merekomendasikan untuk mengonsumsi secangkir teh chamomile setiap pagi.

Itulah beberapa tanaman yang bisa anda manfaatkan untuk dijadikan sebagai obat herbal alami dalam kehidupan sehari-hari. Semoga artikel ini bermanfaat.

Sumber : artikelkesehatan99.com
READ MORE - 5 Tanaman Herbal Kaya Manfaat

5 Penyebab Susah Buang Air Besar

Susah buang air besar atau sembelit seringkali menimbulkan rasa tidak nyaman. Banyak dari kita yang pernah mengalami sembelit, namun tanpa tahu penyebab sebenarnya. Ada beberapa pemicu yang menyebabkan anda susah buang air besar. Secara umum, penyebab sembelit adalah kurangnya konsumsi air dan serat. Jadi jika anda termasuk orang yang gemar makan daging-dagingan namun jarang makan buah dan sayur, maka anda rentan menghadapi masalah sembelit. Selain itu ada beberapa penyebab lainnya mengapa anda susah buang air besar, seperti yang akan diulas berikut ini.
Beberapa penyebab susah buang air besar

1. Stres
Faktor psikologis dapat mempengaruhi kinerja sistem darah secara keseluruhan. Contohnya pada orang yang sedang dilanda stres, saraf-saraf pencernaannya dapat terganggu, menyebabkan gerak peristaltik usus tidak bekerja dengan normal. Hal ini akan mengakibatkan susah buang air besar. Sembelit akibat stres tidak perlu ditangani dengan bantuan obat, cukup dengan menghindari stres.

2. Tidak kerasan di suatu tempat
Berdasarkan salah satu mitos, indikator orang yang betah atau kerasan tinggal di suatu tempat ialah buang air besar lancar di beberapa hari pertamanya. Jika susah buang air besar, itu tandanya dia tidak merasa nyaman atau kerasan di lingkungan barunya. Walaupun hanya mitos, kecenderungan ini ternyata sering terbukti benar karena berhubungan stres. Perasaan yang tidak nyaman di suatu lingkungan baru, mendorong seseorang untuk mengalami stres yang dapat memicu sembelit.

3. Salah makan
Ada beberapa makanan yang jika dikonsumsi secara berlebihan dapat memicu susah buang air besar. Makanan-makanan kalengan atau olahan, daging merah, dan juga gorengan seringkali menyebabkan susah buang air besar. Selain itu, minuman yang mengandung kafein seperti teh dan kopi juga bisa menjadi pemicu sembelit.

4. Suka menahan BAB
Suka menahan buang air besar juga sering dilakukan oleh sebagian orang. Padahal hal ini bisa meredupkan hasrat naluriah atau sinyal untuk buang air besar. Beberapa alasan mengapa sebagian orang suka menahan buang air besar biasanya dikarenakan terlalu sibuk atau tidak menemukan toilet ketika di area publik.

5. Kurang minum air dan konsumsi serat
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa penyebab susah buang air besar umumnya adalah kurang minum air dan jarang mengkonsumsi makanan yang mengandung serat. Sinyal untuk buang air besar biasanya ditandai rasa mulas saat perut terasa penuh. Perasaan penuh di perut ini bisa diperoleh dari makanan berserat seperti buah dan sayuran.

Sumber : artikelkesehatan99.com
READ MORE - 5 Penyebab Susah Buang Air Besar

5 Minuman Tradisional Khas Indonesia Yang Kaya Manfaat

Indonesia mempunyai beragam minuman tradisional yang menawarkan banyak manfaat, terutama bagi kesehatan tubuh. Ada beberapa minuman tradisional asli Indonesia yang cukup populer di masyarakat. Hal ini dikarenakan selain rasanya yang nikmat dan efeknya yang menghangatkan, minuman-minuman tersebut dipercaya dapat menjaga kesehatan tubuh, meningkatkan stamina, hingga bisa membantu memulihkan kondisi seseorang yang sedang terserang penyakit.
Beberapa Minuman Tradisional Asli Indonesia Yang Menawarkan Banyak Manfaat

1. STMJ
Minuman yang terbuat dari susu, telur, madu, dan jahe ini tentunya sudah tidak asing lagi bagi anda. Minumlah minuman ini dikala anda merasa lesu, lelah, dan kurang enak badan. Minum STMJ diyakini bisa memulihkan tenaga, menambah kekebalan dan menghangatkan tubuh anda.

2. Wedang jahe
Wedang jahe atau air jahe hangat sangat tepat dikonsumsi ketika sistem kekebalan tubuh menurun, terutama saat musim hujan di mana tubuh kita cukup rentan terserang berbagai penyakit seperti flu. Selain itu, minuman jahe dapat membantu menurunkan kadar kolesterol, mencegah potensi stroke, hingga risiko serangan jantung.

3. Wedang ronde
Wedang ronde hampir sama dengan wedang jahe, namun menawarkan sensasi yang berbeda. Wedang ronde merupakan perpaduan antara wedang jahe dengan bola-bola ketan yang terdiri dari kacang dan gula. Bola-bola ketan ini cukup kenyal dan rasanya enak. Kacang yang terdapat dalam bola-bola ketan tersebut juga menawarkan segudang nutrisi yang baik bagi tubuh, sehingga mengonsumsi wedang ronde terutama di saat tubuh kurang fit adalah langkah yang tepat.

4. Bandrek
Minuman hangat tradisional asli Jawa Barat ini juga menawarkan banyak manfaat bagi kesehatan. Sama seperti minuman tradisional lainnya, bandrek cukup efektif dalam menghangatkan tubuh. Dari bahan-bahannya saja, bisa diketahui bahwa bandrek adalah minuman kaya manfaat. Bandrek menawarkan keharuman rempah-rempah, terdiri dari kayu manis, serai, cengkih, pandan, tambahan gula dan sedikit garam.

5. Bajigur
Satu lagi minuman tradisional khas Jawa Barat adalah bajigur. Bajigur adalah minuman hangat yang terbuat dari santan, gula aren, garam, dan sedikit jahe. Kadangkala, penyajian bandrek biasanya juga ditambah dengan sedikit cengkaleng (kolang-kaling). Bajigur sangat cocok dinikmati ketika cuaca dingin. Kacang rebus, pisang rebus, dan ubi manis adalah ‘camilan’ yang tepat untuk menemani anda disaat menikmati bajigur.

Sumber :artikelkesehatan99.com
READ MORE - 5 Minuman Tradisional Khas Indonesia Yang Kaya Manfaat

Sunday, 5 May 2013

Sejarah Kab. Klaten


Kabupaten Klaten (Bahasa Jawa: Klathèn), adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya berada di Kota Klaten. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Boyolali di utara, Kabupaten Sukoharjo di timur, serta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat. Kompleks Candi Prambanan, salah satu kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia, berada di Kabupaten Klaten.
Geografi
Secara geografis Kabupaten Klaten terletak di antara 110°30'-110°45' Bujur Timur dan 7°30'-7°45' Lintang Selatan.
Luas wilayah kabupaten Klaten mencapai 665,56 km2. Di sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Sukoharjo. Di sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Gunungkidul (Daerah Istimewa Yogyakarta). Di sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta) dan di sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Boyolali.
Menurut topografi kabupaten Klaten terletak di antara gunung Merapi dan pegunungan Seribu dengan ketinggian antara 75-160 meter diatas permukaan laut yang terbagi menjadi wilayah lereng Gunung Merapi di bagian utara areal miring, wilayah datar dan wilayah berbukit di bagian selatan.
Ditinjau dari ketinggiannya, wilayah Kabupaten Klaten terdiri dari dataran dan pegunungan, dan berada dalam ketinggian yang bervariasi, yaitu 9,72% terletak di ketinggian 0-100 meter dari permukaan air laut. 77,52% terletak di ketinggian 100-500 meter dari permukaan air laut dan 12,76% terletak di ketinggian 500-1000 meter dari permukaan air laut.
Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis dengan musim hujan dan kemarau silih berganti sepanjang tahun, temperatur udara rata-rata 28°-30° Celsius dengan kecepatan angin rata-rata sekitar 153 mm setiap bulannya dengan curah hujan tertinggi bulan Januari (350mm) dan curah hujan terrendah bulan Juli (8mm)
Sebagian besar wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah dan tanah bergelombang. Bagian barat laut merupakan pegunungan, bagian dari sistem Gunung Merapi. Ibukota kabupaten ini berada di jalur utama Solo-Yogyakarta.


Sejarah
Asal mula nama
Ada dua versi yang menyebut tentang asal muasal nama Klaten. Versi pertama mengatakan bahwa Klaten berasal dari kata kelati atau buah bibir. Kata kelati ini kemudian mengalami disimilasi menjadi Klaten. Klaten sejak dulu merupakan daerah yang terkenal karena kesuburannya.
Versi kedua menyebutkan Klaten berasal dari kota Melati. Kata Melati kemudian berubah menjadi Mlati. Berubah lagi jadi kata Klati, sehingga memudahkan ucapan kata Klati berubah menjadi kata Klaten. Versi ke dua ini atas dasar kata-kata orangtua sebagaimana dikutip dalam buku Klaten dari Masa ke Masa yang diterbitkan Bagian Ortakala Setda Kab. Dati II Klaten Tahun 1992/1993.
Melati adalah nama seorang kyai yang pada kurang lebih 560 tahun yang lalu datang di suatu tempat yang masih berupa hutan belantara. Kyai Melati Sekolekan, nama lengkap dari Kyai Melati, menetap di tempat itu. Semakin lama semakin banyak orang yang tinggal di sekitarnya, dan daerah itulah yang menjadi Klaten yang sekarang.
Dukuh tempat tinggal Kyai Melati oleh masyarakat setempat lantas diberi nama Sekolekan. Nama Sekolekan adalah bagian darinama Kyai Melati Sekolekan. Sekolekan kemudian berkembang menjadi Sekalekan, sehingga sampai sekarang nama dukuh itu adalah Sekalekan. Di Dukuh Sekalekan itu pula Kyai Melati dimakamkan.
Kyai Melati dikenal sebagai orang berbudi luhur dan lagi sakti. Karena kesaktiannya itu perkampungan itu aman dari gangguan perampok. Setelah meninggal dunia, Kyai Melati dikuburkan di dekat tempat tinggalnya.
Sampai sekarang sejarah kota Klaten masih menjadi silang pendapat. Belum ada penelitian yang dapat menyebutkan kapan persisnya kota Klaten berdiri. Selama ini kegiatan peringatan tentang Klaten diambil dari hari jadi pemerintah Kab Klaten, yang dimulai dari awal terbentuknya pemerintahan daerah otonom tahun 1950.

Hari jadi
Daerah Kabupaten Klaten semula adalah bekas daerah swapraja Surakarta. Kasunanan Surakarta terdiri dari beberapa daerah yang merupakan suatu kabupaten. Setiap kabupaten terdiri atas beberapa distrik. Susunan penguasa kabupaten terdiri dari Bupati, Kliwon, Mantri Jaksa, Mantri Kabupaten, Mantri Pembantu, Mantri Distrik, Penghulu, Carik Kabupaten angka 1 dan 2, Lurah Langsik, dan Langsir.
Susunan penguasa Distrik terdiri dari Pamong Distrik (1 orang), Mantri Distrik (5), Carik Kepanawon angka 1 dan 2 (2 orang), Carik Kemanten (5 orang), Kajineman (15 orang).
Pada zaman penjajahan Belanda, tahun 1749, terjadi perubahan susunan penguasa di Kabupaten dan di Distrik. Untuk Jawa dan Madura, semua propinsi dibagi atas kabupaten-kabupaten, kabupaten terbagi atas distrik-distrik, dan setiap distrik dikepalai oleh seorang wedono.
Pada tahun 1847 bentuk Kabupaten diubah menjadi Kabupaten Pulisi. Maksud dan tujuan pembentukan Kabupaten Pulisi adalah di samping Kabupaten itu menjalankan fungsi pemerintahan, ditugaskan pula agar dapat menjaga ketertiban dan keamanan dengan ditentukan batas-batas kekuasa wilayahnya.
Berdasarkan Nawala Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwana Senopati Ing Alaga Abdul Rahman Sayidin Panata Gama VII, Senin Legi 23 Jumadilakhir Tahun Dal 1775 atau 5 Juni 1847 dalam bab 13 disebutkan :
“……………………………….” KratonDalam Surakarta Adiningrat Nganakake Kabupaten cacah enem.
“………………………………” Kabupaten cacah enem iku Nagara Surakarta, Kartosuro, Klaten, Boyolali, Ampel, lan Sragen.
“………………………………” Para Tumenggung kewajiban rumeksa amrih tata tentreme bawahe dhewe-dhewe serta padha kebawah marang Raden Adipati.
Perubahan luas daerah
Luas daerah Kabupaten Klaten mengalami beberapa kali perubahan. Klaten pada mulanya adalah tanpa kecamatan Jatinom dan Polanharjo. Kedua kecamatan semula merupakan wilayah kabupaten Boyolali, dan baru digabungkan tanggal 11 Oktober 1895.

Kelurahan
Rumah orang Belanda di Klaten (tahun 1904)
Semenjak terbentuknya onderdistrik, daerah onderdistrik terdiri dari beberapa dukuh. Sebagian dukuh-dukuh itu merupakan daerah kekuasaan seorang Demang. Gaji seorang Demang berupa tanah pituas.
Luas tanah pituas antara Demang yang satu dan yang lainnya berbeda-beda, sesuai dengan besar kecilnya jasa yang diberikan kepada Kasunanan. Penerima terkecil dinamakan Bekel, kemudian Demang, Ronggo, dan terbesar disebut Ngabei.
Pada tahun 1914 dibentuk kelurahan, yang merupakan penggabungan dari beberapa dukuh. Tanah pituas yang semula untuk gaji Bekel, Demang, Ronggo, dan Ngabei, diberikan pada kelurahan sebagai milik desa yang kemudian menjadi lungguh pamong desa. Struktur organisasi Kelurahan terdiri dari Lurah, Kamituwa, Carik, Kebayan, Modin, dan Ulu-ulu.
Tahun 1957 dilakukan pemblengketan atau penggabungan beberapa kelurahan, atas ketentuan kasunanan bahwa setiap Kelurahan paling sedikit harus berpenduduk 1300 orang. Peristiwa itu dikenal sebagai masa kompleks.

Sebelumnya, di Klaten telah dilakukan penggabungan karena alasan lain. Masa kompleks di Klaten telah terjadi sejak tahun 1917. di beberapa onderdistrik, penggabungan Kelurahan dilakukan karena beberapa Kelurahan tidak mempunyai tanah untuk kas desa maupun untuk lungguh pada pegawainya.

Pariwisata

Stasiun kereta api Klaten (tahun 1903-1910)

Candi Prambanan
Candi Sewu

Di Jatinom, upacara tradisional Sebaran Apem Yaqowiyu diadakan setiap bulan Sapar. Di Palar, Trucuk, Klaten bersemayam pujangga dari Kraton Solo bernama Ronggo Warsito. Keindahan alam dapat dinikmati di daerah Deles, sebuah tempat sejuk di lereng Gunung Merapi. Rowo Jombor tempat favorit untuk melihat waduk. Terdapat juga Museum Gula, di Gondang Winangun yang terletak sepanjang jalan Klaten - Yogyakarta.
Di Kecamatan Tulung sebelah timur terdapat serangkaian tempat bermunculannya mata air pegunungan yang mengalir sepanjang tahun, dan dijadikan obyek wisata. Wisata yang bisa dinikmati di sana adalah wisata memancing dan pemandian air segar. Banyak tempat pemandian yang bisa dikunjungi baik yang berbayar maupun tidak berbayar, seperti Umbul Nilo (gratis), Umbul Penganten (gratis), Umbul Ponggok (berbayar), Umbul Cokro (berbayar) dan umbul lainnya. Namun kalau untuk wisata memancing semua harus berbayar karena dikelola oleh usaha warga. Letak pemancingan yang terkenal adalah di desa Janti. Sambil memancing pengunjung dapat juga menikmati masakan ikan nila, lele, atau mas goreng berbumbu sambel khas dengan harga sangat terjangkau. Tiap hari libur perkampungan ini sering mengalami kemacetan karena membludaknya pengunjung dari kota Solo, Semarang dan Yogya.
Di Kecamatan Bayat, Klaten, tepatnya di kelurahan Paseban, Bayat, Klaten terdapat Makam Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran atau Sunan Tembayat yang memiliki desain arsitektur gerbang gapura Majapahit. Makam ini menjadi salah satu tempat wisata ziarah Para Wali. Pengunjung dapat memarkir kendaraan di areal parkir serta halaman Kelurahan yang cukup luas. Setelah mendaki sekitar 200 anak tangga, akan ditemui pelataran dan Masjid. Pemandangan dari pelataran akan nampak sangat indah di pagi hari.

Wisata Kuliner
Ayam Bakar Klaten
Sate Kambing
Wisata Kerajinan
Payung Kertas - Juwiring
Wisata Alam Dan Tempat
Rowo Jombor
Deles
Menara Air Klaten
READ MORE - Sejarah Kab. Klaten

Sejarah Kab. Banjarnegara


Kabupaten Banjarnegara, adalah sebuah kabupaten di Propinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibukotanya namanya juga Banjarnegara. Kabupaten Banjarnegara terletak di antara 7° 12' - 7° 31' Lintang Selatan dan 109° 29' - 109° 45'50" Bujur Timur. Luas Wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah 106.970,997 ha atau 3,10 % dari luas seluruh Wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang di Utara, Kabupaten Wonosobo di Timur, Kabupaten Kebumen di Selatan, dan Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Purbalingga di Barat.

Sejarah
Dalam perang Diponegoro, R.Tumenggung Dipoyudo IV berjasa kepada pemerintah mataram, sehingga di usulkan oleh Sri Susuhunan Pakubuwono VII untuk di tetapkan menjadi bupati banjar berdasarkan Resolutie Governeor General Buitenzorg tanggal 22 agustus 1831 nomor I, untuk mengisi jabatan Bupati Banjar yang telah dihapus setatusnya yang berkedudukan di Banjarmangu dan dikenal dengan Banjarwatulembu. Usul tersebut disetujui.
Persoalan meluapnya Sungai Serayu menjadi kendala yang menyulitkan komunikasi dengan Kasunanan Surakarta. Kesulitan ini menjadi sangat dirasakan menjadi beban bagi bupati ketika beliau harus menghadiri Pasewakan Agung pada saat-saat tertentu di Kasultanan Surakarta. Untuk mengatasi masalah ini diputuskan untuk memindahkan ibukota kabupaten ke selatan Sungai Serayu. Daerah Banjar (sekarang Kota Banjarnegara) menjadi pilihan untuk ditetapkan sebagai ibukota yang baru. Kondisi daerah yang baru ini merupakan persawahan yang luas dengan beberapa lereng yang curam. Di daerah persawahan (Banjar) inilah didirikan ibukota kabupaten (Negara) yang baru sehingga nama daerah ini menjadi Banjarnegara (Banjar : Sawah, Negara : Kota).
R.Tumenggung Dipoyuda menjabat Bupati sampai tahun 1846, kemudian diganti R. Adipati Dipodiningkrat, tahun 1878 pensiun. Penggantinya diambil dari luar Kabupaten Banjarnegara. Gubermen (pemerintahan) mengangkat Mas Ngabehi Atmodipuro, patih Kabupaten Purworejo(Bangelan) I Gung Kalopaking di panjer (Kebumen) sebagai penggantinya dan bergelar Kanjeng Raden Tumenggung Jayanegara I. Beliau mendapat ganjaran pangkat "Adipati" dan tanda kehormatan "Bintang Mas" Tahun 1896 beliau wafat diganti putranya Raden Mas Jayamisena, Wedana distrik Singomerto (Banjarnegara) dan bergelar Kanjeng Raden Tumenggung JayanegaraII. Dari pemerintahan Belanda Raden Tumenggung Jayanegara II mendapat anugrah pangkat "Adipati Aria" Payung emas Bintang emas besar, Officer Oranye. Pada tahun 1927 beliau berhenti, pensiun. Penggantinya putra beliau Raden Sumitro Kolopaking Purbonegoro, yang juga mendapat anugrah sebutan Tumenggung Aria, beliau keturunan kanjeng R. Adipati Dipadingrat, berarti kabupaten kembali kepada keturunan para penguasa terdahulu. Diantara para Bupati Banjarnegara, Arya Sumitro Kolopaking yang menghayati 3 jaman, yaitu jaman Hindia Belanda, Jepang dan RI, dan menghayati serta menangani langsung Gelora Revolusi Nasional (1945 - 1949). Ia mengalami sebutan "Gusti Kanjeng Bupati", lalu "Banjarnegara Ken Cho" dan berakhir "Bapak Bupati". Selanjutnya yang menjadi Bupati setelah Raden Aria Sumtro Kolopaking Purbonegoro ialah : R. Adipati Dipadiningrat (1846-1878)

Mas Ngabehi Atmodipuro (1878-1896)
Raden Mas Jayamisena (1896-1927)
Raden Sumitro Kolopaking Purbonegoro (1927-1949)
Raden Sumitro, Tahun 1949 - 1959.
Raden Mas Soedjirno, Tahun 1960 - 1967.
Raden Soedibjo, Tahun 1967 - 1973.
Drs. Soewadji, Tahun 1973 - 1980.
Drs.H. Winarno Surya Adisubrata, Tahun 1980 - 1986.
H. Endro Soewarjo, Tahun 1986 - 1991.
Drs.H.Nurachmad, Tahun 1991 - 1996.
Drs.H.Nurachmad, tahun 1996 - 2001.
Drs.Ir. Djasri, MM, MT dan Wabup : Drs. Hadi Supeno, Msi, tahun 2001-2006
Drs.Ir. Djasri, MM, MT dan Wabup : Drs. Soehardjo. MM, tahun 2006-2011
Sutedjo dan Wabup : Hadi Supeno tahun 2011-2016


Makanan khas Banjarnegara
Makanan khas Banjarnegara antara lain Dawet Ayu, Tempe Mendhoan, Combro Kering, Bakso (bukan merupakan asli Banjarnegara, melainkan dibawa oleh pendatang dari Wonogiri), Apem Madukara, Jenang Salak Madukara, Buntil (di pasar tersedia banyak), jipang, keripik kentang Batur, keripik Mujahir dari Luwung Kec. Rakit.

Obyek Wisata di Banjarnegara
Obyek wisata yang ada di Banjarnegara, antara lain Obyek Wisata Dataran Tinggi Dieng, Taman Rekreasi Marga Satwa Serulingmas, Arung Jeram Sungai Serayu, Bendungan Panglima Besar Jenderal Soedirman dan Curug Pitu

Sumber : wikipedia.org ; sraksruk.blogspot.com
READ MORE - Sejarah Kab. Banjarnegara

Saturday, 4 May 2013

Sejarah Kab. Boyolali


Asal mula nama BOYOLALI menurut cerita serat Babad Pengging Serat Mataram, nama Boyolali
tak disebutkan. Demikian juga pada masa Kerajaan Demak Bintoro maupun Kerajaan
Pengging, nama Boyolali belum dikenal.
Dalam Menurut legenda nama BOYOLALI berhubungan dengan ceritera Ki Ageng Pandan
Arang (Bupati Semarang pada abad XVI. Alkisah, Ki Ageng Pandan Arang yang lebih dikenal
dengan Tumenggung Notoprojo diramalkan oleh Sunan Kalijogo sebagai Wali penutup
menggantikan Syeh Siti Jenar. Oleh Sunan Kalijogo, Ki Ageng Pandan Arang diutus
untuk menuju ke Gunung Jabalakat di Tembayat (Klaten) untuk syiar agama Islam.
Dalam perjalananannya dari Semarang menuju Tembayat Ki Ageng banyak menemui
rintangan dan batu sandungan sebagai ujian. Ki Ageng berjalan cukup jauh meninggalkan
anak dan istri ketika berada di sebuah hutan belantara beliau dirampok oleh tiga orang
yang mengira beliau membawa harta benda ternyata dugaan itu keliru maka tempat
inilah sekarang dikenal dengan nama SALATIGA. Perjalanan diteruskan hingga sampailah
disuatu tempat yang banyak pohon bambu kuning atau bambu Ampel dan tempat inilah
sekarang dikenal dengan nama Ampel yang merupakan salah satu kecamatan di Boyolali.
Dalam menempuh perjalanan yang jauh ini, Ki Ageng Pandan Arang semakin meninggalkan
anak dan istri. Sambil menunggu mereka, Ki Ageng Beristirahat di sebuah Batu
Besar yang berada di tengah sungai. Dalam istirahatnya Ki Ageng Berucap “ BAYA
WIS LALI WONG IKI” yang dalam bahasa Indonesia artinya “Sudah lupakah orang ini”.
Dari kata Baya Wis Lali/ maka jadilah nama BOYOLALI. Batu besar yang berada di
Kali Pepe yang membelah kota Boyolali mungkinkah ini tempat beristirahat Ki Ageng
Pandan Arang. Mungkin tak ada yang bisa menjawab dan sampai sekarang pun belum
pernah ada meneliti tentang keberadaan batu ini.
Demikian juga sebuah batu yang cukup besar yang berada di depan Pasar
Sunggingan Boyolali, konon menurut masyarakat setempat batu ini dulu adalah
tempat untuk beristirahat Nyi Ageng Pandan Arang. Dalam istirahatnya Nyi Ageng
mengetuk-ngetukan tongkatnya di batu ini dan batu ini menjadi berlekuk-lekuk
mirip sebuah dakon (mainan anak-anak tempo dulu). Karena batu ini mirip dakon,
masyarakat disekitar Pasar Sunggingan menyebutnya mBah Dakon dan hingga
sekarang batu ini dikeramatkan oleh penduduk dan merekapun tak ada yang berani
mengusiknya.

Tempat Wisata
Air Terjun Kedung Kayang
Objek wisata ini terletak di Desa Klakah yang berjarak 5 kilometer ke arah barat dari Kecamatan Selo. Daerah wisata ini memiliki pemandangan alam berupa air terjun yang terletak di antara 2 kabupaten, yaitu Boyolali dan Magelang. Air Terjun Kedung Kayang yang memiliki ketinggian 30 meter ini masih alami dan belum dieksploitasi besar-besaran, mengingat jalan menuju ke objek wisata tersebut seperti layaknya jalan di daerah perkampungan. Di sekitar objek wisata ini terdapat tanah datar yang cocok untuk area perkemahan. Potensial untuk aktivitas camping, hiking, climbing.
Fasilitas yang tersedia berupa penginapan/ homestay, perkemahan, dan warung. Waktu yang paling ramai dikunjungi adalah hari sabtu-minggu dan hari libur nasional terutama bagi pasangan muda-mudi.

Waduk Badhe
Terletak di Desa Bade Kecamatan Klego sekitar 40 km ke arah utara dari Kota Boyolali sebagai sarana irigasi bagi pertanian dan perikanan bagi masyarakat sekitar, memiliki pemandangan alam yang mempesona. Failitas yang terdapat disini adalah: rumah makan, wisata air, pemancingan, dan area lomba burung.

Waduk Cengklik
Obyek wisata ini terletak di Desa Ngargorejo dan Sobokerto, Kecamatan Ngemplak ± 20 km, ke arah timur laut Kota Boyolali, Bila dari Bandara Adi Sumarmo ± 1,5 KM (di sebelah barat bandara tepatnya). waduk dengan luas genangan 300 ha ini dibangun pada zaman Belanda, tujuannya untuk mengairi lahan sawah seluas 1.578 ha, bisa untuk latihan sky air.
Letaknya sangat strategis, berdekatan dengan Bandara Adi Sumarmo, Asrama Haji Donohudan, Monumen POPDA, dan Lapangan Golf. Fasilitas: wisata air (water resort), pemancingan (fishing area), rumah makan lesehan (floating restaurant).

Waduk Kedung Ombo
Obyek wisata ini terletak di Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, sekitar ± 50 km ke arah utara Kota Boyolali menjanjikan rekreasi hutan dan air yang menyegarkan serta pemancingan. Fasilitas: bumi perkemahan, hutan wisata, tempat pemancingan, rumah makan apung, wisata air.

Gunung Merapi dan Gunung Merbabu
Terletak 25 km dari Kota Boyolali kearah barat. Obyek Wisata Gunung Merapi salah satu gunung yang teraktif di dunia, selain itu pemandangan alamnya sangat indah serta panorama alam masih asli. Bagi pecinta alam yang senang berpetualang merupakan jalur terpendek untuk mencapai puncak gunung Merapi 4 jam dan untuk mencapai puncak gunung Merbabu 8 jam. Dengan mendaki puncak Merapi para pendaki dapat melihat matahari terbit "Sun Rise."
Setiap malam 1 Suro diadakan Upacara Tradisional Sedekah Gunung sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Lonjakan wisata pendakian pada menjelang tgl 1 Suro, Tahun Baru, 17 Agustus (Pengibaran Bendera Merah Putih di Puncak Merapi).
Fasilitas: TIC (Tourism Information Centre) Joglo Merapi I, Home Theatre New Selo, Wall Climbing, Lapangan Tenis, Gedung Diklat, Bungalow Tersenyum, Home Stay, Warung Makan/ Makanan Khas Selo, Souvenir.

Tlatar Reservoir
Terletak di Dukuh Tlatar, Desa Kebonbimo, Kecamatan Boyolali dengan jarak tempuh dari kota kira-kira 4 km ke arah utara. Nuansa pesona alam terhampar dengan latar belakang budaya desa dan air yang melimpah, aroma kelezatan masakan ikan air tawar yang disajikan baik secara goreng maupun bakar sambil memancing dan duduk santai sungguh merupakan rekreasi menyegarkan di Obyek Wisata Tlatar.
Pemandian ini adalah pemandian untuk keluarga dengan sumber air berasal dari mata air. Ada 2 buah pemandian de, yaitu Pemandian Umbul Pengilon dan Pemandian Umbul Asem. Selain itu ada beberapa kolam renang rekreasi, termasuk kolam renang berstandar olimpiade.
Setiap dua hari menjelang bulan Puasa diadakan even Padusan. Upacara Padusan ini juga diselenggarakan di Umbul Pengging dan Pantaran. Acara ini bertujuan untuk mensucikan diri sebelum melaksanakan ibadah puasa.
Fasilitas yang tersedia: rumah makan lesehan, pemancingan, kios cenderamata, kolam renang anak dan dewasa, taman wisata air, lapangan woodball, panggung hiburan setiap menjelang bulan Puasa

Pemandian Umbul Pengging
Terletak di Banyudono, merupakan wahana wisata kreasi air. Penging memiliki keunggulan dimana dulunya merupakan tempat mandi keluarga Kasunanan Surakarta (Pemandian Tirto Marto). Sehingga disekitar Pengging ini masih dapat ditemukan bangunan-bangunan bersejarah yang unik milik Kasunanan Surakarta. Juga terdapat makam salah seorang pujangga Keraton Surakarta yaitu Raden Ngabehi Yosodipuro.

Wisata Budaya
Sedekah Gunung
Upacara ini diselenggarakan di Desa Lencoh, Kecamatan Selo setiap malam 1 Suro. Acara ini merupakan prosesi persembahan kepala kerbau dan sesaji ke kawah gunung Merapi sebagai tAnda syukur masyarakat Selo dan sekitarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Upacara ini dimeriahkan dengan tarian dan atraksi oleh masyarakat setempat. Waktu pelaksanaan mulai jam 22:00 sampai 24:00 dan diakhiri dengan kirab potongan kepala kerbau serta gunungan nasi jagung sebagai sesaji yang diletakkan di Pasar Bubrah.Terdapat tiga acara utama selama prosesi upacara berlangsung, yaitu kirab sirah maeso atau kepala kerbau, kirab saji Gunung Merapi serta kirab ratusan obor. Kirab ratusan obor menjadi daya tarik lebih karena baru diadakan pada tahun 2010.
Tradisi ini bermula dari ritual tolak bala yang dilakukan Pakubuwono X dari Kasunanan Surakarta dengan menumbalkan seekor kerbau ke Gunung Merapi. Seiring waktu, kini warga hanya menumbalkan bagian kepalanya saja.

Kirab budaya
Tradisi ini berada di desa Samiran kecamatan Selo kabupaten Boyolali. dilaksanakan setiap tanggal 2 sura. dimulai dari pelataran gua raja, yang menurut legenda dahulu kala gua itu dijadikan tempat peristirahatan pangeran Diponegoro. Kirab dimulai dengan pengambilan air suci barokah yang berada di kawasan gua raja dan diarak beserta iring-iringan tumpeng-tumpeng hasil bumi dari kawasan sekitar Selo. Ribuan warga desa Samiran ikut serta mengiring arak-arakan tumpen beserta air tersebut, dengan mengenakan pakaian adat, untuk menuju ke pesanggrahan Kebo Kanigoro.sesampainya di Kebokanigoro, air suci barokah dari Guaraja di satukan dengan air perwita sari air yang diambil dari kawasan pesangrahan Kebo Kanigoro.

Sadranan
Sadranan yaitu suatu tradisi masyarakat untuk membersihkan makam leluhur dan ziarah kubur dengan prosesi penyampaian doa dan kenduri yang dilaksanakan oleh warga setempat berujud aneka makanan dan nasi tumpeng.Tradisi ini dilaksanakan setiap tahun pada pertengahan bulan Ruwah (penanggalan jawa) menjelang datangnya bulan Ramadhan.Selain mengirim doa kepada para leluhur dan sanak keluarga yang telah meninggal, Sadranan bertujuan juga untuk melestarikan budaya peninggalan nenek moyang yang sudah berlangsung turun-temurun.
Acara diawali dengan bersih-bersih makam pada pagi hari. Dengan bermodalkan cangkul dan sabit, masyarakat membersihkan rumput-rumput yang tumbuh di sekitar makam. Setelah selesai mereka pulang dan kembali ke pemakaman sambil membawa tenong yang berisi makanan dan buah-buahan.Sebelum kendurenan sadranan dimulai, warga membaca tahlil dan dzikir, berdoa bersama kepada Tuhan Yang Maha Esa. Setelah selesai berdoa dilanjutkan dengan makan bersama. Sadranan tidak hanya diikuti oleh orang dewasa, anak-anak pun ikut berpartisipasi sehingga suasana menjadi meriah.

Ngalap Berkah Paringan Apem Kukus Keong Emas
Dilaksanakan di kawasan wisata Pengging di lingkungan Makam Astana luhur R. Ng. Yosodipuro pada hari Jum'at pertengahan bulan Sapar. R. Ng. Yosodipuro adalah seorang Pujangga Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Karena kearifannya seringkali rakyat Pengging memohon petunjuk termasuk pada saat petani meminta bantuannya untuk mengatasi serangan hama keong mas.
Atas petunjuk R. Ng Yosodipuro para petani mengambil keong mas tersebut kemudian dimasak dengan cara dikukus. Sebelumnya keong tersebut dibalut dengan janus yang dibentuk seperti keong mas. Setiap kali panen padi janur bekas balutan keong mas tersbut digunakan untuk membuat apem kukus. Apem kukus itu kemudian dibagi-bagikan pada petani sebagi wujud syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang diberikan dan juga berkurangnya hama keong. Tradisi bagi-bagi apem akhirnya terus berkembang hingga berjalan sampai sekarang.
Upacara ini merupakan tradisi berebut makanan dengan perwujudan menerima pembagian kue terbungkus janur yang telah didukung dengan mantera dan do'a oleh Kyai ulama yang berlokasi di makam Astono luhur R. Ng. Yosodipuro pada malam Jum'at pertengahan bulan Sapar dan dibagikan pada Jum'at siang setelah salat jum'at. Bagi masyarakat yang percaya jika berhasil mendapatkan apem maka diyakini akan mendatangkan berkat.

Kawasan Pengging
Pemandian Tirto Marto
Pemandian ini terletak di Desa Dukuh, Kecamatan Banyudono dengan jarak tempuh dari kota Boyolali adalah 12 km. Pemandian ini dahulu digunakan oleh Raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat Sri Paduka Susuhunan Paku Buwono X beserta kerabatnya. Di dalam pemandian ini terdapat tiga buah umbul, yaitu Umbul Penganten, Umbul Ngabean, dan Umbul Duda.
Sekarang, di pemandian ini sering digunakan oleh peziarah untuk mengadakan ritual yang disebut Ritual Kungkum. Ritual Kungkum adalah ritual merendam diri peziarah di dalam air sebatas leher yang dimulai mulai pukul 24.00 - 03.00 wib pada malam Jum'at. Selain ritual tersebut ada juga Even Padusan yang dilaksanakan 2 (dua) hari menjelang bulan puasa.

Masjid Cipto Mulyo
Masjid Cipto Mulyo adalah Masjid Peninggalan Sunan Pakubuwono X. Terletak di Kawasan Wisata Pengging Kecamatan Banyudono. Lokasi wisata ini dapat dijangkau dengan kendaraan pribadi dan kendaraan umum dengan jarak kurang lebih 1,5KM dari Jalan Raya Solo-Semarang. Dari pusat kota Boyolali, lokasi wisata ini berjarak kurang lebih 15KM.
Umbul Sungsang
Umbul Sungsang adalah tempat untuk ritual Kungkum (berendam dalam air sambil menunggu hasil Sanggaran di makam R. Ng. Yosodipuro)
Pengging Fair
Pengging fair adalah salah satu acara dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI yang diselenggarakan di Desa Pengging, Kec. Banyudono dengan menampilkan pasar malam dan festival seni budaya. Acara ini dilaksanakan selama seminggu dan diadakan sekali dalam satu tahun.
Pasar Malam dimeriahkan oleh pedagang baik lokal maupun luar daerah yang menjajakan dagangannya selama Festival berlangsung. Festival budaya diadakan oleh masyarakat setempat seperti karnaval dan hiburan seni. Karnaval dilaksanakan disepanjang jalan Pasar Pengging diteruskan oleh drum band, reog, dan barongsai. Hiburan seni menampilkan campursari, band remaja, dan wayang kulit semalam suntuk.
Jika Anda berkunjung ke Boyolali pada bulan Agustus, sempatkanlah untuk menyaksikan Pengging fair.
Makam R. Ng. Yosodipuro
R. Ng. Yosodipuro adalah seorang Pujangga Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Dengan jarak tempuh dari kota 12 km, makam ini setiap malam Jumat Pahing diadakan Upacara Sanggaran. Masih disekitar Makam R. Ng. Yosodipuro,Upacara Ngalap Berkah Paringan Apem Keong Emas ini dilaksanakan, pada pertengahan Bulan Sapar.
Upacara ini merupakan tradisi berebut apem (makanan khas yang terbuat dari tepung beras) yang terbungkus janur (daun kelapa yang masih muda) dan telah didoakan oleh Kyai/ Ulama dan dibagikan pada Jumat siang setelah Sholat Jumat.
Ada Masjid peninggalan Sunan Paku Buwana X.

Legenda Bandung Bondowoso
Di jaman dahulu, terdapat Kerajaan Pengging yang bersamaan dengan Kerajaan Boko di Prambanan. Kerajaan Pengging yang dipimpin oleh Prabu Damar Moyo yang arif bijaksana, yang mempunyai putra bernama Bandung Bondowoso. Bandung Bondowoso ini yang terkait dalam Legenda Roro Jonggrang dan Candi Prambanan.
http://www.gonjangganjing.com/legenda/legenda-candi-prambanan/
Pesanggrahan Pracimoharjo
Merupakan petilasan Sri Susuhunan Paku Buwono X sebagai obyek wisata minat khusus/ ziarah, Terletak di Desa Paras, Kecamatan Cepogo.
Makam Ki Ageng Pantaran
Di Pantaran Desa Candisari Kecamatan Ampel. Jarak tempuh dari kota 17 km. Makam ini cukup potensial sebagai tempat ziarah, karena terdapat Petilasan Ki Kebo Kanigoro, petilasan Syeh Maulana Malik Ibrahim Maghribi, Petilasan Ki Ageng Pantaran. Pengunjung dapat menikmati pemandangan alam di kaki gunung Merbabu dan air terjun Si Pendok. Setiap tanggal 20 suro diadakan event upacara tradisional Buka Luwur. Fasilitas: Bangsal tempat tirakat, Bukit Perkemahan Indraprasta.
Makam Prabu Handayaningrat
Obyek wisata ini terletak di dukuh Malang, desa Dukuh, kecamatan Banyudono. Makam ini merupakan trah dari majapahit.
Makam Ki Ageng Kebo Kenanga
Obyek wisata ini terletak di dukuh Pengging, desa Jembungan, kecamatan Banyudono. Banyak oranga yang berkunjung dengan berbagai tujuan.
Petilasan Kebo Kanigoro
Gunung Tugel dan Makam Ki Ageng Singoprono
Obyek wisata ini terletak di Desa Nglembu, Kecamatan Sambi, sekitar ± 15 km ke arah timur laut Kota Boyolali. Lokasi ini lebih dekat ditempuh dari kota kecamatan Simo yang berjarak hanya sekitar 3 km dari pusat kota. Tempat ini menjanjikan rekreasi perbukitan dan ratusan tangga menuju makam Ki Singoprono di puncak gunung tugel. Obyek Wisata Khasanah yang di kunjungi setiap malam Jumat dan malam Selasa Kliwon, Lokasi Makam Ki Ageng Singoprono yang menarik dengan letaknya yang sangat indah. Fasilitas: Bumi Perkemahan, Hutan Wisata, Tempat Menyepi dan Tempat Berdoa di puncak gunung tugel.

Candi Lawang
Namanya adalah Candi Lawang. Lawang itu bahasa Jawa yang artinya pintu. Lha kenapa disebut seperti itu? Karena candi ini sangat mencolok bentuk pintunya. candi ini adalah susunan batu candi,ada diantaranya yg masih di renovasi. Candi Lawang ini tidak berpenjaga.
Ini adalah candi Hindu abad ke-9 yang menghadap ke arah Barat. Ya bisa karena di bilik utama ada yoni tanpa lingga. Yoninya juga unik karena memiliki saluran berlubang sebagai tempat keluarnya air. Mirip dengan yang di Candi Merak. Di sekeliling candi tidak ditemukan arca maupun relief. Yang ada hanya batu berornamen. Sekitar candi tersebar bebatuan yang belum disusun. Candi ini tepat berada di belakang rumah. Sepertinya keberadaan candi ini sudah diketahui sejak dulu. Satu lagi, candi ini cukup fotogenik.
Butuh perjuangan untuk bisa mencapai candi ini. Letak administratif candi ini ada di Dusun Gedangan, Kec. Cepogo, Kab. Boyolali, Jawa Tengah. Dari Jogja menuju kota Boyolali bisa ditempuh selama 1,5 jam menggunakan sepeda motor. Rute yang paling singkat adalah Jogja-Klaten-Boyolali tanpa perlu melewati Kartasura. Untuk menuju Kec. Cepogo, arahkan kendaraan ke jalur menuju Ketep Pass. Sedangkan untuk menuju Candi Lawang, alangkah baiknya kalau bertanya kepada warga. Walau ada beberapa papan petunjuk arah ke candi, tetap saja kami menghabiskan waktu 30 menit untuk tersasar di Dusun Gedangan. Sekali lagi, tanyalah warga! Jangan segan karena warga disini ramah kepada pendatang.
http://arkeologijawa.com/index.php?action=news.detail&id_news=71
Situs Bersejarah Lainnya
Masih banyak situs bersejarah lainnya di Boyolali, antara lain Candi Sari, Situs Candi, Situs Sumur Songo, Situs Petirtaan, Situs Musuk, Petirtaan Semboja, Petirtaan Sendang Pitu, Candi Kunthi, Petirtaan Lerep, dan Petirtaan Kalitelon. Sayangnya dapat dibilang tidak terawat.

Wisata Kuliner
Susu Segar
Minuman satu ini jangan sampai terlupakan ketika berada di Boyolali. Terdapat banyak warung dan "wedangan hik" yang menyediakan susu segar, dan tidak hanya itu, susu jadi menu wajib di tempat-tempat favorit jajan dan restoran di Boyolali, misalkan di Roti Bakar Amazon, RM. Elang Sari, dll.
Selain susu segar, walau tidak di setiap tempat, suguhan produk turunannya pun mulai bisa diperoleh di Boyolali, misalkan yoghurt dan keju Boyolali.
Marning
Marning merupakan makahan tradisional yang terbuat dari jagung yang digoreng. Rasa yang ditawarkan adalah manis, pedas, presto, gepuk, dan lain-lain. Permintaan yang paling banyak terjadi menjelang lebaran sebagai suguhan di rumah maupun oleh-oleh mudik.
Pusat pembuatan Marning terdapat di Desa Kiringan, Winong, Kebonbimo & Banaran (kecamatan Boyolali) dan Desa Metuk, Kragilan (Kecamatan Mojosongo).
Jadah Selo
Jadah adalah makanan tradisional yang mudah ditemukan di mana saja. Makanan ini terbuat dari ketan dan kelapa. Jadah Selo merupakan makanan khas daerah di Boyolali, tepatnya di kawasan Selo. Namun makanan ini baru terkenal sejak adanya jalur wisata Solo-Selo-Borobudur.Pembelinya tidak hanya kalangan petani saja, namun juga wisatawan yang melewati kawasan ini.
Jadah ini bisa dinikmati dengan cara dibakar maupun tidak. Dengan udara pegunungan yang sejuk, jadah lebih pas dipadukan dengan tempe atau tahu bacem.
Pasar Simo
Pasar Simo mempunyai ragam dagangan khususnya makanan yang khas. Dari gudangan (urap) daun adas yang hanya tumbuh di Selo Boyolali, kupat tahu dengan bakmi glepung singkong - lomboknya digerus pake sendok, gule kambing dengan acar bawang merah utuhan, bergedel singkong (ketemu rasa sama di RM ayam goreng Ciganea Jabar), mentho kacang, gemblong, gendar dengan kelapa parut, puli pecel, tempe mbok Darubi, nasi tempe mendoan dengan bungkus daun jati, tahu rebus atau bacem, wedang serbat/jahe disimpan dengan 'jun', hingga yang baru belakangan hadir seperti bebek dan ayam goreng, pecel lele, gudeg, angkringan malam dan aneka jajanan yang tak kalah level mutunya dengan eks Pengging atau Solo. Semua nikmat, all you can eat. Apalagi Simo didukung ketersediaan air minum yang berkwalitas sehingga masakan dan minuman jadi enak.
Sayang, masakan masakan yang menjadi trade mark tahun 60an seperti saoto-nya Pak Wiro atau mBok Mangun Cebleng, panganan Nyah Yute (ibu tua yang warungnya menyajikan wajik, jenang jadi, krasikan, kue lapis, klepon, ketan bubuk dele, .. diracik rapi dalam takaran daun pisang - mungkin kalau sekarang masih ada bisa mengalahkan Ny Week Muntilan), krupuk Pak Marto Krupuk (yang mengolah sendiri dari singkong mentah menjadi tepung kanji sampai produk akhir krupuk / bakmi), gule-nya P Kaji Wetan Pasar (mbahnya Ngadenan dan Rahardjo), semuanya sudah tak berlanjut, karena putera puterinya tidak ada yang meneruskan.
Simo dulu grosir-nya tape. Tape pohung Simo kondang manisnya, berpikul-pikul setiap hari dipasok ke pasar pasar di Solo. Saat itu terminal bis Simo-Solo (hanya ada dua bis, Eva dan Sridaya) masih berada di depan pasar. Dari sini pedagang pedagang tape menunggu bis dan menggunakan untuk angkutan ke Solo. Tape Simo saking manis dan 'njuruh'nya, air tape bercucuran dari atas (atap bis untuk bagasi), mengenai penumpang yang duduk dipinggir jendela, body bis pun lengket-lengket. Kunci kelezatan tape Simo ini, selain karena pohung-nya yang baik, juga ada pada ragi tape yang diproduksi oleh Na Kok Liong dari jalan Nonongan Solo - kala itu. Sekarang pemandangan ini sudah tidak dijumpai lagi. Tapi tape pohung, baik yang glondongan model peuyeum Bandung atau tape gaplek (potongan kecil kecil dibungkus daun pisang), dan tape ketan item masih bisa dinikmati di pasar ini.
Apa yang ada sekarang masih sangat memuaskan untuk dicoba sebagai alternatif wisata kuliner, selain wisata ke Gunung Tugel, Rogo Runting dan seterusnya. Mak nyuus ... rasa bumbu lawas tenan, berserat bikin badan sehat. Sayang sekarang tinggal kenangan...
Simo terkeal juga dengan sebutan kota pelajar. Di mana banyak terdapat jenjang sekolah di kecamatan ini.

Soto
Boyolali terkenal juga sebagai Kota Soto, dengan banyak warung soto yang terkenal, seperti Soto Seger Mbok Giyem, Soto Sedap, Soto Rumput, Soto Ndelik, Soto Nggopir, Soto Ledhok, Soto Ompronx , Soto Mbok Sri depan SMK Dwija Dharma ,Rumah Makan Elang Sari,Soto Mak Ti di desa Ngablak RT 02 RW 02 Kenteng kecamatan Nogosari
Sambel Tumpang/ Sambel Lethok
Nasi sambal Tumpang merupakan masakan yang terdiri dari nasi sambal tumpang dan ditambah dengan sayur-mayur sebagai pelengkap. Jika dilihat dan dipandang sepintas, Nasi Sambal Tumpang hampir sama dengan Sambal Pecel. Bahkan ada perpaduan antara sambal Tumpang dengan Sambal Pecel. Rasanya juga terasa enak. Bedanya sambal tumpang itu sambalnya terbuat dari tempe bosok (busuk) yang ditumbuk halus. Tempe bosok memang sengaja dibuat busuk dan dijual. Rasa yang ditimbulkan dari tempe bosok ini yaitu rasa sangit. Namun rasa dari tempe bosok terasa berbeda ketika sudah diolah menjadi dan beberapa bumbu lain seperti kencur, daun jeruk, dll. Selain itu, di dalam Sambal Tumpang ini juga terdapat tahu yang diolah bersama Sambal Tumpang ini. Nasi Sambal Tumpang ini biasanya cocok untuk dihidangkan pada pagi hari sebagai menu makan pagi. Apalagi dengan nasi yang masih hangat. Nasi Sambal Tumpang ini cocok dinikmati dengan lauk Telur, Tempe, Bakwan, Rambak, Krupuk, dan Ayam.
Sambal tumpang sangat mudah ditemui di mana-mana, hampir semua warung makan menyediakan, tapi yang khusus sambel lethok antara lain Mbok Nah di Ampel, Suprih di sebrang KUD Kota Boyolali, timur terminal bis Boyolali, Rumah Makan Elang Sari, dan lain-lain.

Sumber : wikipedia.org
READ MORE - Sejarah Kab. Boyolali