menu 1

Wednesday, 8 May 2013

Sejarah Kota Semarang


Sejarah

Sejarah Semarang berawal kurang lebih pada abad ke-8 M, yaitu daerah pesisir yang bernama Pragota (sekarang menjadi Bergota) dan merupakan bagian dari kerajaan Mataram Kuno. Daerah tersebut pada masa itu merupakan pelabuhan dan di depannya terdapat gugusan pulau-pulau kecil. Akibat pengendapan, yang hingga sekarang masih terus berlangsung, gugusan tersebut sekarang menyatu membentuk daratan. Bagian kota Semarang Bawah yang dikenal sekarang ini dengan demikian dahulu merupakan laut. Pelabuhan tersebut diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu sekarang dan memanjang masuk ke Pelabuhan Simongan, tempat armada Laksamana Cheng Ho bersandar pada tahun 1405 M. Di tempat pendaratannya, Laksamana Cheng Ho mendirikan kelenteng dan mesjid yang sampai sekarang masih dikunjungi dan disebut Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu).

Pada akhir abad ke-15 M ada seseorang ditempatkan oleh Kerajaan Demak, dikenal sebagai Pangeran Made Pandan (Sunan Pandanaran I), untuk menyebarkan agama Islam dari perbukitan Pragota. Dari waktu ke waktu daerah itu semakin subur, dari sela-sela kesuburan itu muncullah pohon asam yang arang (bahasa Jawa: Asem Arang), sehingga memberikan gelar atau nama daerah itu menjadi Semarang.

Sebagai pendiri desa, kemudian menjadi kepala daerah setempat, dengan gelar Kyai Ageng Pandan Arang I. Sepeninggalnya, pimpinan daerah dipegang oleh putranya yang bergelar Pandan Arang II (kelak disebut sebagai Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran II atau Sunan Pandanaran Bayat atau Ki Ageng Pandanaran atau Sunan Pandanaran saja). Di bawah pimpinan Pandan Arang II, daerah Semarang semakin menunjukkan pertumbuhannya yang meningkat, sehingga menarik perhatian Sultan Hadiwijaya dari Pajang. Karena persyaratan peningkatan daerah dapat dipenuhi, maka diputuskan untuk menjadikan Semarang setingkat dengan Kabupaten. Pada tanggal 2 Mei 1547 bertepatan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, tanggal 12 rabiul awal tahun 954 H disahkan oleh Sultan Hadiwijaya setelah berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga. Tanggal 2 Mei kemudian ditetapkan sebagai hari jadi kota Semarang.

Kemudian pada tahun 1678 Amangkurat II dari Mataram, berjanji kepada VOC untuk memberikan Semarang sebagai pembayaran hutangnya, dia mengklaim daerah Priangan dan pajak dari pelabuhan pesisir sampai hutangnya lunas. Pada tahun 1705 Susuhunan Pakubuwono I menyerahkan Semarang kepada VOC sebagai bagian dari perjanjiannya karena telah dibantu untuk merebut Kartasura. Sejak saat itu Semarang resmi menjadi kota milik VOC dan kemudian Pemerintah Hindia Belanda.
Pada tahun 1906 dengan Stanblat Nomor 120 tahun 1906 dibentuklah Pemerintah Gemeente. Pemerintah kota besar ini dikepalai oleh seorang Burgemeester (Wali kota). Sistem Pemerintahan ini dipegang oleh orang-orang Belanda berakhir pada tahun 1942 dengan datangya pemerintahan pendudukan Jepang.

Pada masa Jepang terbentuklah pemerintah daerah Semarang yang dikepalai Militer (Shico) dari Jepang. Didampingi oleh dua orang wakil (Fuku Shico) yang masing-masing dari Jepang dan seorang bangsa Indonesia. Tidak lama sesudah kemerdekaan, yaitu tanggal 15 sampai 20 Oktober 1945 terjadilah peristiwa kepahlawanan pemuda-pemuda Semarang yang bertempur melawan balatentara Jepang yang bersikeras tidak bersedia menyerahkan diri kepada Pasukan Republik. Perjuangan ini dikenal dengan nama Pertempuran Lima Hari.

Tahun 1946 Inggris atas nama Sekutu menyerahkan kota Semarang kepada pihak Belanda. Ini terjadi pada tanggal l6 Mei 1946. Tanggal 3 Juni 1946 dengan tipu muslihatnya, pihak Belanda menangkap Mr. Imam Sudjahri, wali kota Semarang sebelum proklamasi kemerdekaan. Selama masa pendudukan Belanda tidak ada pemerintahan daerah kota Semarang. Namun para pejuang di bidang pemerintahan tetap menjalankan pemerintahan di daerah pedalaman atau daerah pengungsian di luar kota sampai dengan bulan Desember 1948. daerah pengungsian berpindah-pindah mulai dari kota Purwodadi, Gubug, Kedungjati, Salatiga, dan akhirnya di Yogyakarta. Pimpinan pemerintahan berturut-turut dipegang oleh R Patah, R.Prawotosudibyo dan Mr Ichsan. Pemerintahan pendudukan Belanda yang dikenal dengan Recomba berusaha membentuk kembali pemerintahan Gemeente seperti pada masa kolonial dulu di bawah pimpinan R Slamet Tirtosubroto. Hal itu tidak berhasil, karena dalam masa pemulihan kedaulatan harus menyerahkan kepada Komandan KMKB Semarang pada bulan Februari 1950. tanggal I April 1950 Mayor Suhardi, Komandan KMKB. menyerahkan kepemimpinan pemerintah daerah Semarang kepada Mr Koesoedibyono, seorang pegawai tinggi Kementerian Dalam Negeri di Yogyakarta. Ia menyusun kembali aparat pemerintahan guna memperlancar jalannya pemerintahan.

Semarang sebagai salah satu kota di Indonesia yang memiliki sejarah panjang, terutama bagi sejarah kependudukan Belanda di Indonesia dengan berbagai peninggalannya saat ini menjadi satu tujuan wisata budaya yang menarik bagi para wisatawan, terutama, juga bagi seorang arkeolog.

Dikutip dari blog pribadi, Semarang banyak sekali memiliki bangunan sejarah yang patut diketahui. Namun, mengenal Semarang harus mengetahui juga bagaimana sejarah panjang kota ini terbentuk. Berikut sejarah kota Semarang

Menurut data yang didapat dari situs internet wikipedia.org, sejarah Semarang berawal kurang lebih pada abad ke-8 M, yaitu daerah pesisir yang bernama Pragota (sekarang menjadi Bergota) dan merupakan bagian dari kerajaan Mataram Kuno. Daerah tersebut pada masa itu merupakan pelabuhan dan di depannya terdapat gugusan pulau-pulau kecil.

Akibat pengendapan, yang hingga sekarang masih terus berlangsung, gugusan tersebut sekarang menyatu membentuk daratan. Bagian kota Semarang Bawah yang dikenal sekarang ini dengan demikian dahulu merupakan laut.

Pelabuhan tersebut diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu sekarang dan memanjang masuk ke Pelabuhan Simongan, tempat armada Laksamana Cheng Ho bersandar pada tahun 1405 M. Di tempat pendaratannya, Laksamana Cheng Ho mendirikan kelenteng dan mesjid yang sampai sekarang masih dikunjungi dan disebut Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu).

Selain itu dari sumber yang sama mengenai sejarah penamaan kota semarang serta awal mula kependudukan belanda dikota tersebut yakni berawal pada akhir abad ke-15 M, yakni adanya seseorang yang ditempatkan oleh Kerajaan Demak, dikenal sebagai Pangeran Made Pandan (Sunan Pandanaran I), untuk menyebarkan agama Islam dari perbukitan Pragota.

Dari waktu ke waktu daerah itu semakin subur, dari sela-sela kesuburan itu muncullah pohon asam yang arang (bahasa Jawa: Asem Arang), sehingga memberikan gelar atau nama daerah itu menjadi Semarang.

Sebagai pendiri desa, kemudian menjadi kepala daerah setempat, dengan gelar Kyai Ageng Pandan Arang I. Sepeninggalnya, pimpinan daerah dipegang oleh putranya yang bergelar Pandan Arang II (kelak disebut sebagai Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran II atau Sunan Pandanaran Bayat atau Ki Ageng Pandanaran atau Sunan Pandanaran).

Di bawah pimpinan Pandan Arang II, daerah Semarang semakin menunjukkan pertumbuhannya yang meningkat, sehingga menarik perhatian Sultan Hadiwijaya dari Pajang. Karena persyaratan peningkatan daerah dapat dipenuhi, maka diputuskan untuk menjadikan Semarang setingkat dengan Kabupaten.

Tanggal 2 Mei kemudian ditetapkan sebagai hari jadi kota Semarang

Pada tanggal 2 Mei 1547 bertepatan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, tanggal 12 rabiul awal tahun 954 H disahkan oleh Sultan Hadiwijaya setelah berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga. Tanggal 2 Mei kemudian ditetapkan sebagai hari jadi kota Semarang.

Kemudian pada tahun 1678 Amangkurat II dari Mataram, berjanji kepada VOC untuk memberikan Semarang sebagai pembayaran hutangnya, dia mengklaim daerah Priangan dan pajak dari pelabuhan pesisir sampai hutangnya lunas.

Pada tahun 1705 Susuhunan Pakubuwono I menyerahkan Semarang kepada VOC sebagai bagian dari perjanjiannya karena telah dibantu untuk merebut Kartasura. Sejak saat itu Semarang resmi menjadi kota msilik VOC dan kemudian Pemerintah Hindia Belanda.

Pada masa kependudukan belanda itulah semarang tumbuh menjadi satu kota pesisir yang pada masa itu dianggap sebgai kota dengan pertumbuhan yang maju pesat dengan segala pembangunannya.

Hasil dari pembangunan kota tersebut hingga kini masih dapat kita lihat dan rasakan dalam bentuk bangunan- dengan gaya arsitektur belanda serta beberapa bangunan yang mendapat pengaruh dari kebudayaan cina. Bangunan tersebut antara lain yakni gereja bledug serta bangunan-bangunan sekitar yang terdapat di Jl. Letjend. Suprapto, Klenteng Sam Po Kong, Bangunan Lawang Sewu, serta Stasiun Kereta Ambarawa.

Daftar wali kota
Sejak 1945

Sejak tahun 1945 para wali kota yang memimpin kota besar Semarang yang kemudian menjadi Kota Praja dan akhirnya menjadi Kota Semarang adalah sebagai berikut:

Mr. Moch.lchsan
Mr. Koesoebiyono (1949–1 Juli 1951)
RM. Hadisoebeno Sosrowerdoyo (1 Juli 1951–1 Januari 1958)
Mr. Abdulmadjid Djojoadiningrat (7 Januari 1958–1 Januari 1960)
RM Soebagyono Tjondrokoesoemo (1 Januari 1961–26 April 1964)
Mr. Wuryanto (25 April 1964–1 September 1966)
Letkol. Soeparno (1 September 1966–6 Maret 1967)
Letkol. R.Warsito Soegiarto (6 Maret 1967–2 Januari 1973)
Kolonel Hadijanto (2 Januari 1973–15 Januari 1980)
Kol. H. Iman Soeparto Tjakrajoeda SH (15 Januari 1980–19 Januari 1990)
Kolonel H. Soetrisno Suharto (19 Januari 1990–19 Januari 2000)
H. Sukawi Sutarip SH. (19 Januari 2000–2010)
Drs.H.Soemarmo HS, MSi / Hendrar Prihadi, SE, MM. (2010–sekarang)

Pariwisata
Obyek Wisata Lawang Sewu
Wisata Alam

Pulau Tirangcawang, di Kelurahan Tugu
Pantai Tirang, di Kelurahan Tambak Harjo
Pantai Marina, di Kelurahan Tawangsari
Pantai Maron, di Kelurahan Tambak Harjo
Goa Kreo, di Kelurahan Kandri
Taman Lele Semarang, di Kelurahan Tambakaji

Wisata Sejarah

Museum MURI, di Kelurahan Tegalsari
Museum Jamu Nyonya Meneer, di Kelurahan Muktiharjo
Museum Jawa Tengah, di Kelurahan Gisikdrono
Museum Mandala Bhakti, di Kelurahan Pindrikan Kidul
Lawang Sewu, di Kelurahan Pindrikan Kidul
Tugu Muda, di Kelurahan Pindrikan Kidul
Candi Tugu, di Kelurahan Tugurejo

Wisata Religi

Masjid Agung Jawa Tengah, di Kelurahan Sambirejo
Masjid Baiturrahman Semarang, di Simpanglima
Masjid Kauman Semarang, di daerah Kauman, Johar
Klenteng Sam Po Kong, di daerah Simongan
Gereja Blenduk, di Kecamatan Semarang Utara
Gereja Katedral Semarang di Kelurahan Tambakaji
Pagoda Buddhagaya, di Kecamatan Banyumanik

Wisata Keluarga

Wonderia, di Kelurahan Tegalsari
Bonbin Tinjomoyo, di Kelurahan Sukorejo
Marerokoco, di Kelurahan Tawangsari

Wisata Belanja

Pasar Johar, di Kelurahan Kauman
Citra Land Mall (Ramayana), Kelurahan Karang Kidul
Java Mall (Hypermart), di Kelurahan Peterongan
Paragon Mall (Matahari), di Kelurahan Sekayu
Sri Ratu (Matahari), di Kelurahan Peterongan
DP Mall (Carrefour), di Kelurahan .... Jl. Pemuda Semarang Tengah

Acara

Dugderan
Semarang Expo
Semarang Great Sale
Semarang Fashion Festival
Semarang Fashion On The Street

Kuliner
Masakan

Makanan khas Semarang antara lain adalah:

Bandeng presto
Soto Bangkong "Soto Semarang"
Mie Kopyok
Sega becak
Kuah Tahu Pong
Pecel Koyor

Jajan

Jajanan Pasar khas Semarang antara lain adalah:

Madu Semarang
Lunpia Semarang
Wingko Babat
Spekoek
Jongkong Singkong
Gandos
Kue Moci
Blanggem
Mentho
Timus
Gilo-gilo
Bakpia
Tahu Gimbal

Minuman

Minuman khas Semarang antara lain adalah:

Kolak Setup
Wedang Lengkeng
Es Cao
Cong Yang

Oleh-Oleh

Roti Gandjel Rel
Lumpia
Tahu Bakso Ungaran
Mari Wijen

Sumber : wikipedia.org dan http://www.dotsemarang.com

No comments:

Post a Comment